MAKALAH MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
(Tugas
Individu)
Dosen
Pembimbing: Eka Rihan K, S.Pd, M.Pd.
ALIH
KODE
DISUSUN OLEH:
Nama : Zuhaimi
Nim : 100388201360
Kelas : C 8
PROGRAM
STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Alih
Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia
pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesainya makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk
alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban serta faktor-faktor penyebab
terjadinya alih kode tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Akhir kata “tiada gading yang tak retak” begitu juga dengan
makalah ini, masih memerlukan banyak perbaikan dalam beberapa bagian di
dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
dari para pembaca.
Tanjungpinang, 13 Mei 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh
setiap orang dengan berbagai bahasa. Peristiwa komunikasi merupakan suatu
peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi merupakan peristiwa penyampaian pesan
dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Agar pesan
tersebut sampai kepada komunikan, seorang komunikator harus menggunakan bahasa
yang juga dipahami oleh komunikan. Ketika seorang komunikator menggunakan
bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh
komunikator tidak akan sampai pada komunikan. Dalam hal ini bahasa sebagai alat
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting.
Namun, tidak semua penutur dan lawan tutur memiliki penguasaan bahasa yang sama.
Sering sekali terjadi penutur harus berganti bahasa ketika akan berbicara
dengan lawan tuturnya yang tidak menguasai bahasa penutur.
Peralihan bahasa inilah yang disebut dengan alih kode. Peristiwa alih kode
sering kali terjadi pada komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Peristiwa alih kode
tersebut bisa terjadi di pasar, di sekolah, di kampus, di kantor, bahkan alih
kode sering digunakan dalam dialog film. Hal ini dikarenakan kemajemukan bahasa
yang ada di Indonesia. Bahkan masih banyak lagi penyebab terjadinya alih kode.
Dalam
perfilman Indonesia, banyak sekali film yang melakukan peristiwa alih kode dalam
dialog antar tokohnya. Hal ini terutama terjadi pada film yang mengangkat
budaya Indonesia. Satu film yang menggunakan peristiwa alih kode dalam dialog
antar tokohnya adalah film Perempuan Berkalung Sorban. Dalam film Perempuan
Berkalung Sorban alih kode dilakukan antara
bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahsa Indonesia.
Oleh karena itu, dalam makalah yang berjudul Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi
dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini akan
dibahas peristiwa alih kode pada film Perempuan Berkalung Sorban.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
peneliti memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti. Masalah yang
akan diteliti adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana bentuk alih kode bahasa
Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film
Perempuan Berkalung Sorban?
b. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya
alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban?
1.3 Tujuan
Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui bentuk alih kode
bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban.
b. Untuk faktor-faktor penyebab
terjadinya alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada
film Perempuan Berkalung Sorban.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Alih Kode
Appel (dalam Chaer, 2004:107) mendefinisikan alih kode
sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Berbeda
dengan Appel yang mengatakan bahwa alih kode terjadi antar bahasa, Hymes (dalam
Chaer, 2004: 107) mengatakan bahwa alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa,
tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam
satu bahasa.
Dari dua pengertian alih kode di depan dapat disimpulkan
bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa dan peralihan
ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa karena berubahnya
situasi.
2.2. Penyebab Terjadinya Alih Kode
Penyebab terjadinya alih kode menurut Abdul Chaer (2004:
108) adalah sebagai berikut.
1. Pembicara atau penutur.
2. Pendengar atau lawan tutur.
3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga.
4. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya.
5. Perubahan topik pembicaraan.
Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih
kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu. Hal
ini bisa terjadi pada saat penutur dan lawan tutur memiliki bahasa ibu yang
sama. Pembicaraan tersebut akan beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
daerah. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada
menggunakan bahasa Indonesia.
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya
alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si
lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang
atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya.
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar
belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan
lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Status orang ketiga dalam
alih kode juga menentukan bahasa atu varian yang harus digunakan.
Perubahan situasi bicara juga dapat menyebabkan terjadinya
alih kode. Misalnya, perubahan dari situasi formal ke informal (santai) atau
sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan berubahnya ragam atau gaya bahasa yang
digunakan. Begitu juga dengan perubahan topik pembicaraan yang dapat
menyebabkan terjadinya alih kode.
2.3. Bentuk Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa
Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung
Sorban
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban yang berlatar belakang
pesantren wajar sekali adanya multilingualisme. Multilingual itu terjadi karena
adanya penggunaan tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa
Arab. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya alih kode. Alih kode dalam film
Perempuan Berkalung Sorban ini terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terdapat dua belas
dialog yang menunjukkan adanya alih kode. Dalam film ini terdapat sembilan
dialog yang menunjukkan adanya peristiwa alih kode antara bahasa Arab dengan
bahasa Indonesia. Dalam dialog-dialog tersebut terjadi peralihan penggunaan
bahasa, yaitu dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Sementara
terdapat tiga dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke
bahasa Jawa atau sebaliknya.
Satu contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari
bahasa Arab ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Anisa
: “Islam nggak adil sama perempuan.”
Aisyah:
“Intahbih Nisa.” (Jangan bicara sembarangan Nisa.)
“Laauna wa alai.” (Kualat kamu.)
Anisa : “Terus apa namanya kalau nggak adil?”
Aisyah: “Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya
ganteng.”
Pada
contoh di depan Aisyah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa
Indonesia. Hal ini disesabkan terjadinya perubahan topik pembicaraan.
Sementara contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode
dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa adalah sebagai berikut.
Ustad
Ali : “Ada apa ini?”
Syamsudin:
“Anisa berzinah.”
Kyai
: “Nisa?”
Anisa
: “Bohong abi.”
Kyai
: “Apa buktinya Anisa berzinah?”
Syamsudin : “Takonono karo wong loro kuwi!” (Tanyakan
pada dua orang itu!)
Pada
contoh di depan Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Jawa. Hal itu dikarenakan Syamsudin ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena
dia mempunyai maksud tertentu, yaitu ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh.
2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode Bahasa Arab dan
Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan
Berkalung Sorban
Terjadinya suatu peristiwa alih kode terkadang tidak
disadari oleh para pelakunya. Tetapi semua peristiwa alih kode tersebut
mempunyai sebab-sebab tersendiri. Begitu pula peristiwa alih kode dalam film
Perempuan Berkalung Sorban juga mempunyai beberapa sebab. Faktor penyebab
terjadinya alih kode bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut.
1. Pembicara atau penutur ingin
lebih akrab dengan lawan tutur
Terdapat dua dialog yang menunjukkan alih kode tersebut
dilakukan dari faktor pembicara atau penutur. Pembicara atau penutur melakukan
alih kode dengan maksud tertentu.
Contoh dialog yang menunjukkan alih kode dilakukan karena
faktor penutur.
Anisa:
“Ih, umi nggak adil.”
Nyai : “ Nis, kowe iku knopo toh?”
“Nglawan terus sama umi sama abi.”
Pada
dialog di depan Nyai melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
Hal itu dilakukan karena Nyai ingin lebih akrab dengan anaknya, Anisa. Dia
mengucapkan kalimat Nis, kowe iku knopo toh? yang merupakan bahasa Jawa
yang berarti Nis, kamu itu kenapa sih?. Nyai ingin mendekatkan dirinya
dengan Anisa dan bertanya apa yang terjadi pada Anisa. Oleh karena itu, dia
lebih memilih menggunakan bahasa Jawa daripada bahasa Indonesia agar terjalin
keakraban, sebab Anisa sendiri juga bisa berbahasa Jawa.
Contoh
dialog kedua yang menunjukkan adanya alih kode dengan sebab penutur adalah
sebagai berikut.
Ustad
Ali : “Ada apa ini?”
Syamsudin:
“Anisa berzinah.”
Kyai
: “Nisa?”
Anisa
: “Bohong abi.”
Kyai
: “Apa buktinya Anisa berzinah?”
Syamsudin
: “Takonono karo wong loro kuwi!”
Dialog
di atas menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa Jawa, yaitu dengan mengucapkan Takonono karo wong loro kuwi!
yang artinya tanyakan pada dua orang itu! . Hal itu dikarenakan Syamsudin
ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena dia mempunyai maksud tertentu, yaitu
ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh.
2. Pembicara atau penutur ingin
meredam suasana
Selain pembicara atau penutur ingin mengakrabkan diri dengan
lawan tutur, alih kode juga dilakukan penutur untuk meredam suasana yang kacau.
Kyai
: “Jangan bawa-bawa Allah!”
Nyai
: “ Udah-udah ini salah umi.”
Anisa
: “ Ndak abi ini salah Anisa bukan salah umi.”
Kyai
: “ Usqoti! ”
“
Siapa yang mau menitipkan anaknya di pesantren ini?”
Kyai
melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab dengan mengucapkan “ Usqoti!
” yang artinya “diam”. Kyai mengucapkan usqoti untuk meredam suasana
antara Anisa dan Nyai yng saling menyalahkan. Kyai mengucapkan bahasa Arab
karena Anisa dan Nyai juga mengerti bahasa Arab.
Contoh yang kedua adalah sebagai berikut.
Para
santri: “Rajam, rajam, rajam!!!”
Nyai
: “Usqotu, usqotu, usqotu!!!” (Diam semua!)
“Ada
apa ini?”
Kata
usqotu yang diucapkan Nyai menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih
kode. Nyai melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dengan
menggunakan bahasa Arab, Nyai berharap bisa meredam susana yang kacau. Hal itu
dikarenakan semua santri mengerti bahasa arab.
Contoh
yang ketiga adalah sebagai berikut.
Anisa:
“Orang tahu mana yang benar itu lewat buku.”
Reza
: “Itu semua udah ada di kitab Nis. Tidak perlu buku modern.”
Anisa:
“Apa yang salah dengan buku modern?”
Reza
: “Salah Nis.”
Nyai
: “Usqotu!” (Diam semua!)
“Apa
kalian tidak bisa bersikap sebagai orang teladan?”
Dialog
tersebut menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke
bahasa Indonesia. Sama halnya dengan contoh kedua Nyai melakukan alih kode juga
untuk meredam suasana yang kacau. Anisa dan Reza juga mengerti bahasa Arab yang
dikuasai Nyai.
3. Perubahan topik pembicaraan
Beralihnya topik pembicaraab juga
dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa
dialog dalam film Perempuan Berkalung Sorban.
Berikut adalah contoh dialog yang
menunjukkan adanya alih kode karena perubahan topik pembicaraan.
Anisa : “Islam nggak adil sama perempuan.”
Aisyah: “Intahbih Nisa.” (Jangan bicara sembarangan
Nisa.)
“Laauna wa alai.” (Kualat kamu.)
Anisa : “Terus apa namanya kalau nggak adil?”
Aisyah: “Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya
ganteng.”
Aisyah
melakukan alih kode ketika topik pembicaraannya berubah, yaitu dari topik Islam
ke topik temannya yang taaruf. Ketika membicaraan tentang Islam dia menggunakan
bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena Islam identik dengan bahasa Arab. Selain
itu Aisyah juga ingin memperhalus kata-katanya kepada Anisa dengan menggunakan
bahasa Arab. Namun, ketika berbicara tentang temannya yang sedang taaruf Aisyah
lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Arab. Hal ini dikarenakan
topik pembicaraannya tidak sepenting saat membicarakan tentang agama. Perubahan
situasi pembicaraan dari formal ke informal pun menjadi sebab terjadinya alih
kode yang dilakukan Aisyah.
Contoh kedua yang menunjukkan adanya alih kode karena
perubahan topik pembicaraan juga terdapat pada dialog berikut ini.
Ulfa : “Ukhti, unqin akhtari kitab staniya?” (Mbak,
mau pinjam buku lagi dong?)
Santri lain: “Na’am ukhti.” (Ya, mbak.)
Ulfa : “Quratu hadzal kitab staras maroti qouron.”
(Aku sudah membaca buku ini tiga kali.)
Santri lain: “Wa ana urid akhtari kitab aidan?” (Saya
juga mau pinjam mbak.)
Ulfa : “ Ukhti kenapa kita tidak bangun perpustakaan
saja?”
Anisa : “Kenapa kalian tidak menulis sendiri, lalu saling
tukar tulisan?”
Ulfa : “Itu sudah sering ukhti. Tolong bilangin
kepada ustad Reza untuk membangun perpustakaan.”
Ulfa
dan para santri memilih menggunakan bahasa Arab saat ingin meminjam buku kepada
Anisa, tetapi saat berbicara tentang perpustakaan, masalah yang cukup serius di
pesantren Al-Huda tersebut Ulfa memilih menggunakan bahasa Indonesia. Peralihan
bahasa yang dilakukan Ulfa tersebut termasuk alih kode yang disebabkan oleh
beralihnya topik pembicaraan. Topik tersebut beralih dari informal (masalah
meminjam buku) ke formal (masalah pembangunan perpustakaan).
Contoh
ketiga yang nenunjukkan alih kode karena perubahan topik pembicaraan juga
terdapat pada dialog Syamsudin.
Syamsudin: “Yang penting pesantren itu besar. Itu yang
diinginkan bapakku. Walau bagaimanapun kita ini tetap saudara, ya tho.”
“Cicilan iku iso dibayar sak durunge akhir bulan, ngunu
lho. Soale duwek iku dienggo nggedhekne pesantrene bapakku.”
Dialog
di depan menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke
bahasa Indonesia karena perubahan topik pembicaraan, yaitu dari topik pesantren
beralih ke topik pembayaran hutang.
4. Pengaruh lawan tutur
Terdapat
satu dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan dengan sebab pengaruh
lawan tutur yang tertuang dalam pembicaraan antara Anisa dengan Ulfa.
Anisa: “Kalau kalian benar-benar serius mau bikin
perpustakaan ana akan bantu. Karena ana akan di sini terus. Tapi
ingat jangan ada yang kabur lagi ya!”
Ulfa : “Far akhrojana Kyai kaifa?” (Bagaimana kalau
Kyai mengeluarkan kami?)
Anisa: “Kuntu nashiron lakun.” (Mbak akan bantu
kalian.)
Anisa
yang pada awalnya menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan Ulfa
beralih menggunakan bahasa Arab karena terpengaruh oleh Ulfa yang menggunakan
bahasa Arab. Hal ini dilakukan Anisa karena dia ingin mengimbangi bahassa yang
digunakan Ulfa.
5. Memberi perintah
Faktor lain penyebab terjadinya alih kode adalah penutur
ingin memberikan perintah kepada lawan tutur. Dalam film Perempuan berkalung
Sorban terdapat dua dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan karena
penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur.
Dialog pertama yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan
karena penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur ditunjukkan dengan
dialog Ustadzah dan Sari.
Nyai
Syarifah: “Sari, kamu baca buku apa?”
Sari
: “Ndak Nyi.”
Nyai
Syarifah: “Aina kitab! Aina kitab!” (Sini bukunya! Sini bukunya!)
Untuk
memberikan perintah kepada Sari, Nyai Syarifah memberikan perintah dalam bahasa
Arab.
Berikut
dialog kedua yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan untuk memberikan
perintah kepada lawan tutur.
Kyai Ali: “Astagfirullahaladzim. Satu orang santri ketangkap
lagi.”
“Ta’aluna! Ta’al!” (Bawa
masuk! Bawa!)
Dialog
di depan menunjukkan bahwa Kyai Ali memberikan perintah kepada lawan tutur
dengan bahasa Arab.
6. Penegasan
Pada film Perempuan Berkalung Sorban alih kode juga
dilakukan untuk memberikan penegasan. Hal itu tercermin dari pembicaraan Anisa
dan Ulfa.
Anisa:
“Kalian harus buat pesantren nyaman!”
Ulfa
: “Tapi ukhti.”
Anisa:
“Bantu ukhti melakukan perubahan!”
Ulfa : “Laauna arji’ ukhti. Ana ura faqot.” (Kami
tidak mau pulang mbak. Saya mau di sini.)
Anisa:
“Kalian harus pulang.”
Ulfa
: “La ukhti.” (Tidak mbak.)
Ulfa
melakukan peralihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab untuk
menegaskan bahwa dia tidak mau pulang ke pesantren.
BAB III
SIMPULAN dan SARAN
3.1.
Simpulan
Pada film Perempuan Berkalung Sorban ini ditemukan
dialog-dialog yang menunjukkan adanya alih kode dan. Terdapat dua belas dialog
yang menunjukkan terjadinya peristiwa alih kode. Alih kode tersebut terjadi
antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa
Indonesia.
Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dalam film
Perempuan Berkalung Sorban adalah pembicara/penutur ingin lebih akrab dengan
lawan tutur, pembicara/penutur ingin meredam suasana, perubahan topik
pembicaraan, pengaruh lawan tutur, memberi perintah, dan penegasan.
3.2.
Saran
Alih kode dan seharusnya digunakan pada kondisi dan situasi
yang tepat. Seharusnya hanya digunakan pada situasi informal saja sementara
pada situasi formal seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul dan Agustina, Leoni. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar