Selasa, 12 Juni 2012

Zuhaimi C8


          MAKALAH MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
(Tugas Individu)
Dosen Pembimbing: Eka Rihan K, S.Pd, M.Pd.

ALIH KODE


DISUSUN OLEH:

Nama   : Zuhaimi
Nim     : 100388201360
Kelas   : C 8


PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu  terselesainya  makalah  ini. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban serta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata “tiada gading yang tak retak” begitu juga dengan makalah ini, masih memerlukan banyak perbaikan dalam beberapa bagian di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca.



Tanjungpinang, 13 Mei 2012

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap orang dengan berbagai bahasa. Peristiwa komunikasi merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi merupakan peristiwa penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada komunikan, seorang komunikator harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh komunikan. Ketika seorang komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan sampai pada komunikan. Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting.
Namun, tidak semua penutur dan  lawan  tutur memiliki penguasaan bahasa yang sama. Sering sekali terjadi penutur harus berganti bahasa ketika akan berbicara dengan  lawan  tuturnya yang tidak menguasai bahasa penutur. Peralihan bahasa inilah yang disebut dengan alih kode. Peristiwa alih kode sering kali terjadi pada komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Peristiwa alih kode tersebut bisa terjadi di pasar, di sekolah, di kampus, di kantor, bahkan alih kode sering digunakan dalam dialog film. Hal ini dikarenakan kemajemukan bahasa yang ada di Indonesia. Bahkan masih banyak lagi penyebab terjadinya alih kode.
Dalam perfilman Indonesia, banyak sekali film yang melakukan peristiwa alih kode dalam dialog antar tokohnya. Hal ini terutama terjadi pada film yang mengangkat budaya Indonesia. Satu film yang menggunakan peristiwa alih kode dalam dialog antar tokohnya adalah film Perempuan Berkalung Sorban. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban alih kode  dilakukan antara bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam makalah yang berjudul Alih Kode  Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban ini akan dibahas peristiwa alih kode pada film Perempuan Berkalung Sorban.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah  ini peneliti memberikan  batasan  pada masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana bentuk alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban?
b. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui bentuk alih kode  bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban.
b. Untuk faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Arab dan bahasa Jawa dalam  berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada film Perempuan Berkalung Sorban.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Alih Kode
Appel (dalam Chaer, 2004:107) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Berbeda dengan Appel yang mengatakan bahwa alih kode terjadi antar bahasa, Hymes (dalam Chaer, 2004: 107) mengatakan bahwa alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Dari dua pengertian alih kode di depan dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa dan peralihan ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa karena berubahnya situasi.

2.2. Penyebab Terjadinya Alih Kode
Penyebab terjadinya alih kode menurut Abdul Chaer (2004: 108) adalah sebagai berikut.
1. Pembicara atau penutur.
2. Pendengar atau lawan tutur.
3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga.
4. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya.
5. Perubahan topik pembicaraan.
Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu. Hal ini bisa terjadi pada saat penutur dan lawan tutur memiliki bahasa ibu yang sama. Pembicaraan tersebut akan beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia.
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya.
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atu varian yang harus digunakan.
Perubahan situasi bicara juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya, perubahan dari situasi formal ke informal (santai) atau sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan berubahnya ragam atau gaya bahasa yang digunakan. Begitu juga dengan perubahan topik pembicaraan yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode.

2.3.  Bentuk Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban yang berlatar belakang pesantren wajar sekali adanya multilingualisme. Multilingual itu terjadi karena adanya penggunaan tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya alih kode. Alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban ini terdapat dua belas dialog yang menunjukkan adanya alih kode. Dalam film ini terdapat sembilan dialog yang menunjukkan adanya peristiwa alih kode antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Dalam dialog-dialog tersebut terjadi peralihan penggunaan bahasa, yaitu dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Sementara terdapat tiga dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya.
Satu contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Anisa : “Islam nggak adil sama perempuan.”
Aisyah: “Intahbih Nisa.” (Jangan bicara sembarangan Nisa.)
Laauna wa alai.” (Kualat kamu.)
Anisa : “Terus apa namanya kalau nggak adil?”
Aisyah: “Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya ganteng.”
Pada contoh di depan Aisyah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Hal ini disesabkan terjadinya perubahan topik pembicaraan.
Sementara contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa adalah sebagai berikut.
Ustad Ali : “Ada apa ini?”
Syamsudin: “Anisa berzinah.”
Kyai : “Nisa?”
Anisa : “Bohong abi.”
Kyai : “Apa buktinya Anisa berzinah?”
Syamsudin : “Takonono karo wong loro kuwi!” (Tanyakan pada dua orang itu!)
Pada contoh di depan Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal itu dikarenakan Syamsudin ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena dia mempunyai maksud tertentu, yaitu ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh.

2.4. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode Bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada Film Perempuan Berkalung Sorban
Terjadinya suatu peristiwa alih kode terkadang tidak disadari oleh para pelakunya. Tetapi semua peristiwa alih kode tersebut mempunyai sebab-sebab tersendiri. Begitu pula peristiwa alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban juga mempunyai beberapa sebab. Faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Arab dan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut.
1. Pembicara atau penutur ingin lebih akrab dengan lawan tutur
Terdapat dua dialog yang menunjukkan alih kode tersebut dilakukan dari faktor pembicara atau penutur. Pembicara atau penutur melakukan alih kode dengan maksud tertentu.
Contoh dialog yang menunjukkan alih kode dilakukan karena faktor penutur.
Anisa: “Ih, umi nggak adil.”
Nyai : “ Nis, kowe iku knopo toh?”
Nglawan terus sama umi sama abi.”
Pada dialog di depan Nyai melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan karena Nyai ingin lebih akrab dengan anaknya, Anisa. Dia mengucapkan kalimat Nis, kowe iku knopo toh? yang merupakan bahasa Jawa yang berarti Nis, kamu itu kenapa sih?. Nyai ingin mendekatkan dirinya dengan Anisa dan bertanya apa yang terjadi pada Anisa. Oleh karena itu, dia lebih memilih menggunakan bahasa Jawa daripada bahasa Indonesia agar terjalin keakraban, sebab Anisa sendiri juga bisa berbahasa Jawa.
Contoh dialog kedua yang menunjukkan adanya alih kode dengan sebab penutur adalah sebagai berikut.
Ustad Ali : “Ada apa ini?”
Syamsudin: “Anisa berzinah.”
Kyai : “Nisa?”
Anisa : “Bohong abi.”
Kyai : “Apa buktinya Anisa berzinah?”
Syamsudin : “Takonono karo wong loro kuwi!
Dialog di atas menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, yaitu dengan mengucapkan Takonono karo wong loro kuwi! yang artinya tanyakan pada dua orang itu! . Hal itu dikarenakan Syamsudin ingin mengakrabkan diri dengan Kyai karena dia mempunyai maksud tertentu, yaitu ingin menunjukkan bahwa Anisah selingkuh.
2. Pembicara atau penutur ingin meredam suasana
Selain pembicara atau penutur ingin mengakrabkan diri dengan lawan tutur, alih kode juga dilakukan penutur untuk meredam suasana yang kacau.
Kyai : “Jangan bawa-bawa Allah!”
Nyai : “ Udah-udah ini salah umi.”
Anisa : “ Ndak abi ini salah Anisa bukan salah umi.”
Kyai : “ Usqoti!
“ Siapa yang mau menitipkan anaknya di pesantren ini?”
Kyai melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab dengan mengucapkan “ Usqoti! ” yang artinya “diam”. Kyai mengucapkan usqoti untuk meredam suasana antara Anisa dan Nyai yng saling menyalahkan. Kyai mengucapkan bahasa Arab karena Anisa dan Nyai juga mengerti bahasa Arab.
Contoh yang kedua adalah sebagai berikut.
Para santri: “Rajam, rajam, rajam!!!”
Nyai : “Usqotu, usqotu, usqotu!!!” (Diam semua!)
“Ada apa ini?”
Kata usqotu yang diucapkan Nyai menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih kode. Nyai melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Arab, Nyai berharap bisa meredam susana yang kacau. Hal itu dikarenakan semua santri mengerti bahasa arab.
Contoh yang ketiga adalah sebagai berikut.
Anisa: “Orang tahu mana yang benar itu lewat buku.”
Reza : “Itu semua udah ada di kitab Nis. Tidak perlu buku modern.”
Anisa: “Apa yang salah dengan buku modern?”
Reza : “Salah Nis.”
Nyai : “Usqotu!” (Diam semua!)
“Apa kalian tidak bisa bersikap sebagai orang teladan?”
Dialog tersebut menunjukkan bahwa Nyai telah melakukan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Sama halnya dengan contoh kedua Nyai melakukan alih kode juga untuk meredam suasana yang kacau. Anisa dan Reza juga mengerti bahasa Arab yang dikuasai Nyai.
3. Perubahan topik pembicaraan
Beralihnya topik pembicaraab juga dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa dialog dalam film Perempuan Berkalung Sorban.
Berikut adalah contoh dialog yang menunjukkan adanya alih kode karena perubahan topik pembicaraan.
Anisa : “Islam nggak adil sama perempuan.”
Aisyah: “Intahbih Nisa.” (Jangan bicara sembarangan Nisa.)
Laauna wa alai.” (Kualat kamu.)
Anisa : “Terus apa namanya kalau nggak adil?”
Aisyah: “Eh Nis, si Aminah udah taaruf, katanya cowoknya ganteng.”
Aisyah melakukan alih kode ketika topik pembicaraannya berubah, yaitu dari topik Islam ke topik temannya yang taaruf. Ketika membicaraan tentang Islam dia menggunakan bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena Islam identik dengan bahasa Arab. Selain itu Aisyah juga ingin memperhalus kata-katanya kepada Anisa dengan menggunakan bahasa Arab. Namun, ketika berbicara tentang temannya yang sedang taaruf Aisyah lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Arab. Hal ini dikarenakan topik pembicaraannya tidak sepenting saat membicarakan tentang agama. Perubahan situasi pembicaraan dari formal ke informal pun menjadi sebab terjadinya alih kode yang dilakukan Aisyah.
Contoh kedua yang menunjukkan adanya alih kode karena perubahan topik pembicaraan juga terdapat pada dialog berikut ini.
Ulfa : “Ukhti, unqin akhtari kitab staniya?” (Mbak, mau pinjam buku lagi dong?)
Santri lain: “Na’am ukhti.” (Ya, mbak.)
Ulfa : “Quratu hadzal kitab staras maroti qouron.” (Aku sudah membaca buku ini tiga kali.)
Santri lain: “Wa ana urid akhtari kitab aidan?” (Saya juga mau pinjam mbak.)
Ulfa : “ Ukhti kenapa kita tidak bangun perpustakaan saja?”
Anisa : “Kenapa kalian tidak menulis sendiri, lalu saling tukar tulisan?”
Ulfa : “Itu sudah sering ukhti. Tolong bilangin kepada ustad Reza untuk membangun perpustakaan.”
Ulfa dan para santri memilih menggunakan bahasa Arab saat ingin meminjam buku kepada Anisa, tetapi saat berbicara tentang perpustakaan, masalah yang cukup serius di pesantren Al-Huda tersebut Ulfa memilih menggunakan bahasa Indonesia. Peralihan bahasa yang dilakukan Ulfa tersebut termasuk alih kode yang disebabkan oleh beralihnya topik pembicaraan. Topik tersebut beralih dari informal (masalah meminjam buku) ke formal (masalah pembangunan perpustakaan).
Contoh ketiga yang nenunjukkan alih kode karena perubahan topik pembicaraan juga terdapat pada dialog Syamsudin.
Syamsudin: “Yang penting pesantren itu besar. Itu yang diinginkan bapakku. Walau bagaimanapun kita ini tetap saudara, ya tho.”
Cicilan iku iso dibayar sak durunge akhir bulan, ngunu lho. Soale duwek iku dienggo nggedhekne pesantrene bapakku.”
Dialog di depan menunjukkan bahwa Syamsudin melakukan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia karena perubahan topik pembicaraan, yaitu dari topik pesantren beralih ke topik pembayaran hutang.
4. Pengaruh lawan tutur
Terdapat satu dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan dengan sebab pengaruh lawan tutur yang tertuang dalam pembicaraan antara Anisa dengan Ulfa.
Anisa: “Kalau kalian benar-benar serius mau bikin perpustakaan ana akan bantu. Karena ana akan di sini terus. Tapi ingat jangan ada yang kabur lagi ya!”
Ulfa : “Far akhrojana Kyai kaifa?” (Bagaimana kalau Kyai mengeluarkan kami?)
Anisa: “Kuntu nashiron lakun.” (Mbak akan bantu kalian.)
Anisa yang pada awalnya menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan Ulfa beralih menggunakan bahasa Arab karena terpengaruh oleh Ulfa yang menggunakan bahasa Arab. Hal ini dilakukan Anisa karena dia ingin mengimbangi bahassa yang digunakan Ulfa.
5. Memberi perintah
Faktor lain penyebab terjadinya alih kode adalah penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur. Dalam film Perempuan berkalung Sorban terdapat dua dialog yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan karena penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur.
Dialog pertama yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan karena penutur ingin memberikan perintah kepada lawan tutur ditunjukkan dengan dialog Ustadzah dan Sari.
Nyai Syarifah: “Sari, kamu baca buku apa?”
Sari : “Ndak Nyi.”
Nyai Syarifah: “Aina kitab! Aina kitab!” (Sini bukunya! Sini bukunya!)
Untuk memberikan perintah kepada Sari, Nyai Syarifah memberikan perintah dalam bahasa Arab.
Berikut dialog kedua yang menunjukkan bahwa alih kode dilakukan untuk memberikan perintah kepada lawan tutur.
Kyai Ali: “Astagfirullahaladzim. Satu orang santri ketangkap lagi.”
Ta’aluna! Ta’al!” (Bawa masuk! Bawa!)
Dialog di depan menunjukkan bahwa Kyai Ali memberikan perintah kepada lawan tutur dengan bahasa Arab.
6. Penegasan
Pada film Perempuan Berkalung Sorban alih kode juga dilakukan untuk memberikan penegasan. Hal itu tercermin dari pembicaraan Anisa dan Ulfa.
Anisa: “Kalian harus buat pesantren nyaman!”
Ulfa : “Tapi ukhti.”
Anisa: “Bantu ukhti melakukan perubahan!”
Ulfa : “Laauna arji’ ukhti. Ana ura faqot.” (Kami tidak mau pulang mbak. Saya mau di sini.)
Anisa: “Kalian harus pulang.”
Ulfa : “La ukhti.” (Tidak mbak.)
Ulfa melakukan peralihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab untuk menegaskan bahwa dia tidak mau pulang ke pesantren.

BAB III
SIMPULAN dan SARAN
3.1. Simpulan
Pada film Perempuan Berkalung Sorban ini ditemukan dialog-dialog yang menunjukkan adanya alih kode dan. Terdapat dua belas dialog yang menunjukkan terjadinya peristiwa alih kode. Alih kode tersebut terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.
Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dalam film Perempuan Berkalung Sorban adalah pembicara/penutur ingin lebih akrab dengan lawan tutur, pembicara/penutur ingin meredam suasana, perubahan topik pembicaraan, pengaruh lawan tutur, memberi perintah, dan penegasan.

3.2. Saran
Alih kode dan seharusnya digunakan pada kondisi dan situasi yang tepat. Seharusnya hanya digunakan pada situasi informal saja sementara pada situasi formal seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar