Selasa, 12 Juni 2012

Unyil C8


LAPORAN PENELITIAN

KEDWIBAHASAAN DI LIMA TITIK STRATEGIS
KOTA TANJUNGPINANG

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah SOSIOLINGUISTIK
Dosen Mata Kuliah : Eka Rihan K, S. Pd, M. Pd


OLEH

UNYIL
NIM : 100388201025
Kelas : C.8









FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)
TANJUNG PINANG
2012 


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, wasyukurilah tak henti-henti mulut berucap dan hati berzikir atas Rahman dan Rahim-Nya, Taufik dan Hidayah-Nya, Petunjuk dan Rezeki-Nya Allah swt. Tuhan Yang Maha Kuasa atas Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul : “ KEDWIBAHASAAN DI LIMA TITIK STRATEGIS KOTA TANJUNGPINANG”.                       
Tulisan ini merupakan laporan penelitian tentang Kedwibahasaan Dilima Titik Strategis Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Tugas ini sebagai tugas individu pada mata kuliah SOSIOLINGUISTIK dalam rangka memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah yang telah disebutkan di atas.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat dangkal dan perlu digali terus supaya dalam oleh pembaca, sehubungan dengan itu, saran dan masukan yang konstruktif demi kedalaman tulisan sangat diharapkan. Disamping itu saran dan masukan yang konstruktif dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis. Untuk itu diucapakan terimakasih.


Tanjungpinang, 09  Juli 2012        
                                    Penulis,

                                                 UNYIL

 LAPORAN PENELITIAN

KEDWIBAHASAAN DI LIMA TITIK STRATEGIS
KOTA TANJUNGPINANG

A.    Pendahuluan
Sebagai daerah perbatasan, Kepri berada dalam posisi strategis, Karena Kepri berbatasan langsung dengan Negara-negara tetangga seperti Malaisya, Singapur, dan lainya. Hal inilah yang membuat Kepri senantiasa berintraksi dengan Negara-negara tersebut, baik dalam hubungan ekonomi, sosial, politik, maupun dalam hubungan budaya.
 Dalam melakukan interaksi, peranan bahasa sangatlah penting. Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang akan memudahkan interaksi. Koneskuensinya adalah, Provinsi Kepri dituntut untuk menguasai bahasa lebih dari satu atau menjadi dwibahasawan.
Adapun pusat-pusat penggunaan bahasa secara dwibahasa adalah pusat-pusat strategis. Seperti Pelabuhan Nasional dan Internasional Seri Bintan Pura, Bandara Udara Internasional Raja Haji Fasabilillah Tanjungpiang, Terminal Sungai Carang Batu 9, Bintan Mall, dan Hotel Aston. Kelima titik ini merupakan titik strategis dan senantiasa  didominasi oleh penggunaan dua bahasa atau lebih, terutama pada waktu libur panjang.
Berkenaan dengan itu, sebagai tugas mata kuliah Sosiolingualistik, dilakukan penelitian kedwibahsaan di berbagai titik seperti yang disebutkan diatas. Tujuannya adalah untuk melihat dan menganalisis situasi kedwibahasaan. Karena aspek kewibahasaan sangat luas, dalam penelitian ini hanya akan dibahas alih kode dan campur kode.
B.     Teori yang digunakan
1.      Kontak Bahasa
        Thomason (1997c dan 1997e, Sebba 1997, Bruyn 1996). Definisi kontak bahasa yakni “language contact is the use of more than one language in the same place at the same time.” Dapat diartikan sebagai berikut “kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari satu bahasa ditempat yang sama dan pada waktu yang sama”. (Sarah G.Thomson 2001: 2) Kontak bahasa juga pengaruh bahasa yang satu dengan bahasa yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 
         Bahasa yang bertemu dengan bahasa lain pasti terjadi kontak, kontak bahasa adalah pengaruh bahasa yang satu dengan bahasa yang lain secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kontak bahasa yang menimbulkan interferensi sering dianggap peristiwa negatif, karena masuknya unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau sebaliknya menyimpang dari kaidah bahasa masing-masing. Proses terjadinya kontak bahasa dalam suatu interaksi linguistik harus mengetahui hubungan peran yang ada di antara peserta percakapan.
2.      Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Chaer dan Agustina, 2004:111-112). 
      Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut:
a.       Robert Lado (1964-214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya, oleh seseorang.
b.      MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.
c.       Hartman dan Stork (1972:27)
Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
d.      Bloomfield (1958:56)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur.
e.       Haugen (1968:10)
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa.
Jika diuraikan secara lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahas bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Kedwibahasaan bukanlah gejala bahasa sebagai sistem melainkan sebagai gejala penuturan, bukan ciri kode melainkan ciri pengungkapan, bukan bersifat sosial melainkan individual. Kedwibahasaan juga merupakan karakteristik pemakaian bahasa. Kedwibahasaan dirumuskan sebagai praktik pemakaian dua bahasa yang sama baiknya secara bergantian oleh seorang penutur.
Ciri-ciri kedwibahasaan secara garis besarnya sebagai berikut.
a)      Digunakannya dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau kelompok orang, tetapi kedua bahasa itu tidak mempunyai fungsi atau peranan sendiri-sendiri di dalam masyarakat pemakai bahasa.
b)      Penggunaan bahasa itu semata-mata karena kebiasaan dan kemampuan saling mengganti di antara pembicara dan lawan bicara.
c)      Digunakannya dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau sekelompok orang yang menuntut adanya dua bahasa dan pemakaian bahasa baik secara individu maupun kelompok.
3.      Diglosia
Keadaan dimana dua bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang sama, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranannya sendiri-sendiri dalam konteks sosialnya dikenal dengan sebutan “diglosia”.Diglosia adalah suatu situasi bahasa dimana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada dimasyarakat. Maksudnya bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal dan non-formal, contohnya, di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.
4.      Kode
a.       Pengertian Kode
Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Sementara Sumarsono dan Pertana (2002:201) mengatakan bahwa kode merupakan bentuk netral yang mengacu pada bahasa, dialek, sosiolek, atau variasi bahasa. Kode mencakup bahasa dan perbedaan intra bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan variasi bahasa tersebut, termasuk dialek, tingkat tutur, dan ragam.
b.      Perubahan kode
Di dalam masyarakat yang dwibahasawan (menguasai dua bahasa) sering terjadi perubahan-perubahan kode. Contohnya, masyarakat Kepri yang dikatakan dwibahasawan karena masuknya bahasa Indonesia ke dalam inventarisasi kode atau tutur baik orang Melayu, Jawa, Padang, Cina, Bugis, dan lainnya yang menepati Kota Tanjungpinang ini. Maka sering timbul beberapa konsep baru, yaitu.
1)         Telah timbul dialek zaman, dialek kaum modern dan kaum konservatif.
2)         Telah timbul tingkat tutur baru, yaitu tingkat tutur bahasa Indonesia.
3)         Telah timbul berbagai register baru, misal register surat kabar, dan lainnya.
5.      Campur Kode
a.       Pengertian Campur Kode
Di antara semua penutur yang bilingual atau multilingual, sering dijumpai suatu gejala yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan. Fenomena ini berbentuk penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam suatu kalimat atau wacana bahasa lain yang disebut dengan campur kode (Code Mixing). Dengan demikian campur kode dapat didefinisikan sebagai “penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas”. Campur kode terjadi jika orang menggunakan sebagian kecil unit (kata atau frase pendek) dari satu bahasa kebahasa lain, seringkali dilakukan tanpa tujuan dan biasanya dalam tingkat kata (Paul Ohoiwutun, 2002:69).
Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya alih kode adalah penutur yang belum menguasai bahasa, ragam, dialek ataupun tingkat tutur yang sedang dipergunakan. Sebagai misal, orang ataupun anak yang sedang belajar bahasa Melayu Natuna pada saat berkomunikasi  mungkin ada yang bertutur: Bileu au sambai ti . ‘Kapan kamu sampai’. Tugas Sosiolinguistik au lah udehke? Nongku. ‘Tugas Sosiolinguistik kamu sudah selesai ya? Coba aku lihat’.
b.      Latar Belakang Terjadinya Campur Kode
Chaer dan Agustina (2004:151) mengatakan bahwa latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe, yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap dan tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan, tetapi kedua tipe tersebut sering bertumpang tindih. Atas dasar latar belakang pada sikap dan latar belakang pada kebahasaan yang saling bertumpang tindih itu dapat didefinisikan menjadi beberapa alasan atau penyebab terjadinya campur kode. Adapun penyebab terjadinya campur kode adalah.
1)          Identifikasi peran. Ukuran identifikasi peran adalah sosial, register dan educational.
2)          Identifikasi ragam. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang penutur melakukan campur kode, akan menempatkan diri dalam hirarki sosial.
3)          Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan tampak karena campur kode juga menandai sikap dan hubungan dengan orang lain.
c.       Wujud Campur Kode dibedakan menjadi 6, yaitu.
1)          Penyimpangan unsur-unsur yang berwujud kata. Kata yang dimaksudkan adalah bahasa yang berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
2)          Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa. Yang dimaksud dengan frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif, gabungan kata itu dapat rapat dan dapat renggang.
3)          Penyisipan unsur-unsur yang berbentuk baster. Baster adalah hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda yang membentuk satu makna.
4)          Penyisipan unsur-unsur yang berbentuk perulangan kata. Perulangan kata yang dimaksud adalah kata yang dihasilkan oleh proses reduplikasi.
5)          Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom. Idiom yang dimaksud adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota memiliki makna yang ada karena bersama anggota yang lain.
6)          Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Klausa yang dimaksud adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
6.      Alih Kode
a.       Pengertian Alih Kode
Alih kode (code switching), yakni peralihan pemakaian dari satu bahasa atau kebahasa atau dialek lainnya. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena perubahan-perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan dimaksud meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, laras bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang. Para penutur yang sedang beralih kode berasal dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan (Paul Ohoiwutun, 2002:71).
Menurut Chaer dan Agustina (2004:141) menyatakan bahwa alih kode adalah peristiwa berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi, atau juga ragam resmi keragam santai. Jadi dalam alih kode, pemakaian dua bahasa atau lebih ditandai oleh kenyataan bahwa masing-masing bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya. Fungsi masing-masing bahasa itu disesuaikan dengan relevansi perubahan konteksnya.
b.      Latar Belakang Terjadinya Alih Kode
      Adapun penyebab terjadinya campur kode adalah.
1)          Pembicara atau penutur. Melakukan alih kode untuk mendapatkan ‘keuntungan’ atau  ‘manfaat’ dari tindakannya itu. Biasanya dilakukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya.
2)          Pendengar atau lawan tutur. Karena penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan tutur itu. Biasanya kemampuan berbahasa lawan tutur kurang karena mungkin bukan bahasa pertamanya.
3)          Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatarbelakang bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur.
4)          Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya. Perubahan situasi berbicara dari ragam bahasa Indonesia santai ke ragam bahasa Indonesia ragam formal.
5)          Perubahan topik pembicaraan. Perpindahan topik yang menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari situasi formal menjadi situasi tidak formal. Chaer dan Agustina (2004:143-147).
c.       Wujud Alih Kode
Alih kode dibedakan menjadi dua macam, yaitu.
1)      Alih kode ekstern
Alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi ketika penutur beralih dari bahasa asalnya ke bahasa asing, misalnya dari bahasa Indonesia kebahasa Inggris atau sebaliknya.
2)      Alih kode intern
Alih kode intern adalah alih kode yang terjadi antar bahasa daerah dalam suatu bahasa nasional, antar dialek dalam satu bahasa daerah, atau antar beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek.
d.      Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif  dengan mendeskripsikan tututan dan menganalisisnya berdasarlan teori. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi dengan mengamati tuturan. Wawancara digunakan untuk mengetahui factor pendorong kedwibahasaan.

PENELITIAN
Hasil penelitian
1.      Deskripsi dan Analisis Data
Penelitian ini di;akukan pada hari Kamis, 10 Mei 2012 bertempat di pelabuhan 
Internasional Seri Bintan Pura, Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
DATA 1
Transkrip
Ada tariff promo ke Malaysia?
Ada Pak, tapi tidak untuk minggu ini !
Kapan ?
Juni pertengahan , Pak           
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang dan Petugas Loket
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur  Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena pada frasa ‘ Juni pertengahan’ terdapat pengaruh susunan
frasa bahasa Inggris (MD) seharusnya ‘pertengahan Juni ‘ (DM)
DATA 2
Transkrip
Ticket to Singapore, please
Economic or Bussines ?
Bussiness !     
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang (Asing) dengan petugas loket.
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur hanya menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Inggris.

PENELITIAN
Hasil penelitian
1.      Deskripsi dan Analisis Data
Penelitian ini di;akukan pada hari Kamis, 10 Mei 2012 bertempat di pelabuhan Internasional Seri Bintan Pura, Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
DATA 1
Transkrip
Ada tariff promo ke Malaysia?
Ada Pak, tapi tidak untuk minggu ini !
Kapan ?
Juni pertengahan , Pak           
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang dan Petugas Loket
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur  Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena pada frasa ‘ Juni pertengahan’ terdapat pengaruh susunan frasa bahasa Inggris (MD) seharusnya ‘pertengahan Juni ‘ (DM)

DATA 2
Transkrip
Ticket to Singapore, please
Economic or Bussines ?
Bussiness !     
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang (Asing) dengan petugas loket.
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur hanya menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Inggris.

DATA 3

Transkrip
Gate F sebelah mana Pak ?
Dari sini lurus saja !
Thank you !    
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang (China) dengan Petugas
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode, karena penutur menggunakan frasa bahasa Inggris ‘Thank you’ ke dalam pemakaian bahasa Indonesia.
DATA 4

Transkrip
Tiket  ferry Sentosa ke  Singapura ada Mba ?
Sentosanya habis Bu !
Merbau ada ?
Masih Bu tapi economy Class !         
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Calon penumpang dan petugas loket
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode, karena penutur menggunakan frasa bahasa Inggris ‘economy Class’ ke dalam pemakaian bahasa Indonesia.

DATA 5

Transkrip
I want to fly to Singapura !
You can fly first to Batam
No fligt to Singapura ?
No,no Singapura is just small city
Informasi Tuturan
Dituturkn oleh                         : Penumpang (asing) dan petugas loket
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur hanya menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Inggris.

Penelitian ini dilakukan pada hari Sabtu, 12 Mei 2012 bertempat di Bandara Udara Internasional Raja Haji Fasabilillah Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

DATA 6

Transkrip
Musholla
Pray Room     
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh/Terdapat di               :Tertempel di dinding Bandara.
Bentuk tuturan                                   : Tulisan
Analisis kedwibahasaan                      : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur tidak mencampurkan tata bahasa Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Inggris dan sebaliknya.



DATA 7

Transkrip
Hallo ! Saya masih di Bandara.
Pesawatnya delay sampai jam 4
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang menjawab telepon
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena terdapat kosa kata seperti ‘delay’ dalam kalimat berbahasa Indonesia.

DATA 8

Transkrip
Kamu ni piye Mas, aku lama nunggu di terminal
ya sudah, aku stand by di sini, di depan donat
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang menerima telepon
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk Campur Kode karena penutur menggunakan kosa kata tiga bahasa yaitu ‘ piye’ (Jawa), ‘stand by’ (Inggris) dalam kalimat bahasa Indonesia.

DATA 9

Transkrip
Taxi ! Jalan Wiratno !  How time ?
0ne hour !
You bisa lebih cepat ?
Asal ga macet, sir       
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang dengan supir taksi
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena terdapat kosa kata seperti ‘you’ dan ‘sir’ dalam kalimat berbahasa Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada hari Senin, 14 Mei 2012 bertempat di Terminal Sungai Carang Batu 9





DATA 10

Transkrip
Nek, wis teko telepon yo Mbak !
Iya… ntar aku SMS !
Yo wis sono…ntar ketinggalan Bus
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang dengan teman wanita
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena terdapat percampuran kosa kata bahasa Jawa ‘ yo wis’ dengan kalimat bahasa Indonesia.

DATA 11

Transkrip
Can I help you, Sir !
No, no terima kasih    
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Petugas Bagasi dan Penumpang
Bentuk tuturan                        :   lisan
Analisis kedwibahasaan          :   Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode, karena penutur menggunakan frasa bahasa Inggris ‘no’ yang disambung dengan frasa bahasa Indonesia ‘terima kasih’

DATA 12

Transkrip
Terminal Keberangkatan
Departure Terminal    
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh/ terdapat di   : terpampang di papan nama
Bentuk tuturan                       : tulisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur tidak mencampurkan tata bahasa Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Inggris dan sebaliknya.
Penelitian ini dilakukan pada hari sabtu 19 Mei 2012 di Bintan Mall

DATA 13
Transkrip
Coffe, Please !
Pure coffe or Mocacino ?
Pure !
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Pembeli (Asing)  dan penjual
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur tidak mencampurkan tata bahasa Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Inggris dan sebaliknya.

DATA  14
Transkrip
Customer                     :
Nama Barang             :
Consigne                     :
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh/tercantum di                : label barang PT Maktrans
Bentuk tuturan                                    : tulisan
Analisis kedwibahasaan                      : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena terdapat percampuran kata bahasa Inggris dengan kata bahasa Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada hari Sabtu, 26 Mei bertempat di Hotel Aston

DATA 15
Transkrip
Sorry Mister ! Barangnya kena Charge !
How Much
Ten dollar saja !
OK, no problem         
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : petugas bagasi dengan penumpang
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena terdapat kosa kata seperti ‘Charge’ dalam kalimat berbahasa Indonesia. Sebaliknya terdapat kosa kata bahasa Indonesia ‘saja’ dalam kalimat bahasa Inggris.

DATA 16
Transkrip
Bisakah bantu saya
Ya, tuan
Torong bagaj saya inikah
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh                       : Penumpang (Jepang) kepada petugas bagasi
Bentuk tuturan                        : lisan
Analisis kedwibahasaan          : Campur Kode
Tuturan ini termasuk campur kode karena ada penggunaan kata ‘bagaj’ (baggage) 
yang seharusnya menjadi ‘bagasi’. Terdapat juga campur kode dari bahasa Jepang 
dalam kata ‘inikah’. Dalam tata bahasa Jepang, kalimat Tanya biasanya diakhiri 
dengan ‘ka’ seperti ‘ kirei deska?’.
DATA 17
Transkrip
Airport Taxi
Taksi AIRPORT
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh/tercantum di  : Kaca depan taksi
Bentuk tuturan                       : tulisan
Analisis kedwibahasaan          : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur tidak mencampurkan tata bahasa
 Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Inggris dan sebaliknya.

DATA 18

Transkrip
No Smoking Area
Kawasan dilarang merokok
Informasi Tuturan
Dituturkan oleh/ tercantum di             : Papan pengumuman Bandara
Bentuk tuturan                                    : tulisan
Analisis kedwibahasaan                      : Alih Kode
Tuturan ini termasuk alih kode ekstern, karena penutur tidak mencampurkan tata bahasa 
Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Inggris dan sebaliknya.

 2.      Perbandingan Alih Kode dan Campur Kode
Dari 18 tuturan yang dapat direkam, dapat diketahui perbandingan antara alih kode dengan campur kode dalam table 1.
Tabel 1
Perbandingan Alih Kode dengan Campur Kode
Bentuk Tuturan
Alih Kode
Campur Kode
Lisan
3
10
Tulisan
4
1
Jumlah
7
11

Dari table 1 dapat diketahui bahwa campur kode lebih banyak terjadi dalam bentuk tuturan lisan, yaitu   10     (  55   %). Dalam tuturan tulis mayoritas tidak terjadi peristiwa campur kode. Hasil ini membuktikan bahwa peristiwa campur kode paling potensial dilakukan oleh dwibahasawan ketika berbicara.
3.      Faktor Pendorong
Untuk mengetahui secara pasti faktor pendorong alih kode dan campur kode seharusnya dilakukan wawancara. Tetapi, karena berbagai kendala, wawancara tidak dapat dilakukan. Infromasi yang cukup rinci diperoleh ketika terjadi dialog dengan Mr Fong tentang motivasinya belajar bahasa Indonesia. Sedangkan factor pendorong lainnya merupakan estimasi penulis berdasarkan teori yang ada.
Dari hasil dialog dengan Mr Fong dapat diketahui pendorong dikuasainya bahasa Asing oleh orang Kepri adalah sebagai berikut :
1.      Motivasi pribadi diantaranya ketertarikan pada budaya Indonesia karena sejak masa SMA guru-gurunya sudah mengenalkan budaya Indonesia.
2.      Motivasi ekonomi yaitu keinginan sebagian orang Korea untuk mengembangkan usaha di luar negeri karena keteratasan sumber daya alam di Korea.
3.      Berkaitan dengan kedwibahasaan di bandara, dapat diperkirakan beberapa factor pendorongnya adalah sebagai berikut :
a.       Pembicara atau penutur melakukan alih kode untuk mendapatkan ‘keuntungan’ atau ‘manfaat’ dari tindakannya itu. Seperti yang dilakukan petugas bagasi ketika menawarkan jasanya.
b.      Penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan tutur itu. Seperti : Sopir taksi yang menanggapi ucapan penumpang berbahasa Inggris.
c.       Situasi informal
d.      Kebiasaan penutur seperti penutur yang terbiasa
E.     Kesimpulan
      Dari uraian di atas dapat disimulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pelabuhan Nasional dan Internasional Seri Bintan Pura, Bandara Udara Internasional Raja Haji Fasabilillah Tanjungpiang, Terminal Sungai Carang Batu 9, Bintan Mall, dan Hotel Aston sebagai area berkumpulnya manusia dari berbagai belahan dunia dengan beragam bahasa menjadikan pemakaian bahasa sangat didominasi dengan dwibahasa.
 2. Dalam berdwibahasa, mereka melakukan alih kode dan campur kode dalam tuturannya. Namun persentasi terjadinya campur code lebih dominan yaitu sekitar 55 %.
 3. Pendorong menjadi berdwibahasa bagi orang asing diantaranya adalah motivasi pribadi dan motivasi ekonomi. Sedangan alih kode dan campur kode diperkirakan didorong oleh factor penutur, pendengar, situasi dan kebiasaan.
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia, cet. V.

Ohoiwutun, Paul. 2002. Sosiolinguistik : Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Visipro.

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pela jar

Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahasaan. Bandung : FPS IKIP Bandung                                                                                   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar