Senin, 18 Juni 2012

Yuliana


Nama                   :  Yuliana
NIM                     :  100388201171
Kelas                    :  C8
Mata Kulia            :  Sosiolinguistik
Tugas Individu
ARTIKEL
Campur Kode
Pembicaraan mengenai ahli kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai campur kode. Kesamaan yang ada antara ahli kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dan perbedaan antara ahli kode dan campur kode tetaplah ada. Pada artikel ini saya hanya focus ke campur kode.
Ahli kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing – masing, dilakukan dengan sadar dan sengaja. Sedangkan dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode – kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur hanyalahh berupa serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode.
Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih kode. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu bahasa yang tertentu. Serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa atau unit bahasa yang lebih besar. Campur kode memiliki ciri-ciri yakni tidak ditentukan oleh pilihan kode, tetapi berlangsung tanpa hal yang menjadi tuntutan seseorang untuk mencampurkan unsur suatu varian bahasa ke dalam bahasa lain, campur kode berlaku pada bahasa yang berbeda, terjadi pada situasi yang informal, dalam situasi formal terjadi hanya kalau tidak tersedia kata atau ungkapan dalam bahasa yang sedang digunakan.
Pada campur kode yang terjadi bukan peralihan kode, tetapi bercampurnya unsur suatu kode ke kode yang sedang digunakan oleh penutur. Ternyata, bentuk campur kode banyak digunakan, juga dalam tataran kata. Kita banyak mencampur-campur kosakata asing dengan morfem lokal.
Kecenderungan tersebut memang sudah merebak di kalangan mana pun. Para selebriti, para politikus, bahkan para pendeta dan hamba Tuhan tidak kalah bermain-main dengan bahasa yang demikian. Salah satu penyebabnya, bisalah disebutkan, adanya budaya latah. Entah dari mana datangnya.Saking latahnya, banyak di antara mereka yang tidak mengerti bahwa bentuk di atas sebenarnya mubazir. Betapa tidak, kata manage saja sudah diartikan sebagai ‘mengelola’. Maka kalau ditambah prefiks atau awalan meN- memanage, jelas menjadi tidak beres lagi. Apa arti yang timbul dari kata memengelola?
Bentuk-bentuk turunan lain yang juga sering muncul ialah seperti berikut ini.
Ø  meng-handle
Ø  di-manage
Ø  men-support
Ø  men-supply
Ø  men-sustain
Pada penelitian saya ini keluarga yang terdiri dari 2 suku Tiong hua dan Jawa, dalam keluarga ini sering terjadinya campur kode dalam percakapan sehari – harinya. Percakapan yang kadang terjadi misalnya seorang ayahnya yang bersuku tiong hua sering melakukan percakapan bahasa Indonesia yang diselipkan bahasa tiong hua, begitu sang ibu.

Sumber bacaan :
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Adisumarto, Mukidi. 1993. Pengantar Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Yogyakarta: FPBE IKIP Yogyakarta.
Deskripsi Penelitian
            Penelitian yang saya lakukan di keluarga saya sendiri, yang mana ayah saya bersuku Tiong hua dan ibu saya jawa. Dalam kehidupan sehari – hari kami sering melakukan campur kode yang sengaja maupun tidak. Ayah saya yang sangat totok dalam berbahasa tiong hua pasti akan menyelipkan bahasa – bahasa tiong hua nya bila melakukan percakapan kepada anak – anaknya dan bahkan ke ibu saya.
Ibu saya yang sudah menjadi pendamping hidup ayah mulai terbiasa dengan percakapan seperti itu, beliaupun mulai mengerti makna – makna kata yang diucapkan ayah. Bukan hanya itu ibu saya juga terkadang melakukan hal yang sma seperti ayah lakukan. Ibu menyelipkan bahasa jawa dalam percakapan terhadap kami.
Contoh percakapan ayah dan saya yang mengalami campur kode, dari bahasa Indonesia terselip bahasa tiong hua :
-           “ Pergi caeng e me!”
( cepat pergi mandi )
-          “Ihh ayah ni kepo lah.”
(  ihh ayah ni cerewet )
Kata pergi ( B.Indonesia ) dicampur dengan kata caeng e me (Tiong hua) merpuakan serpihan bahasa tiong hua yang terselip dalam percakapan tersebut. Sama halnya kata kepo dalam ihh ayah ni kepo lah yang merupakan sisipan berarti cerewat dalam bahasa tiong huanya. Sang anak menggunkan bahasa tiong hua dalam percakapanmnya sehingga terjadinya pencampuran kode
Contoh percakapan ibu dan saya yang mengalami campur kode, dari bahasa Indonesia terselip bahasa jawa :
-          “ mau pergi neng endih koe?”
( Mau pergi kemana kamu? )
-          “Arep ke rumah neh bedul.”
(  Mau ke rumahnya bedul )
Kata arep dan neh dalam percakapan arep kerumah neh bedul merupakan pencampuran kode yang tidak sengaja di ucapkan karena sang ibu bertanya menggunakan bahasa jawa, dalam kata arep dan neh di selipkan bahasa Indonesia ke rumah. Maka penguunaan 2 bahasa ini termasuk dalam pencampuran kode karena sang anak menjawab tanpa adanya unsur kesengajaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar