Senin, 11 Juni 2012

RIO JULIANTO C8



MAKALAHSTUDI KASUS SOSIOLINGUSTIK
INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
Dosen pembimbing: Eka Rihan K, S,Pd., M,Pd

                                   
Disusun Oleh :
RIO JULIANTO
100388201158
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIA DAN SASTRA INDONESIA

Abstrak :
Ini masalah penelitian dengan gangguan bahasa Jawa dalam belajar bahasa indonesia di SD Bintan Timur. Data adalah bahasa lisan yang diucapkan oleh para siswa yang orang tuanya bahasa Jawa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga jenis gangguan terjadi dalam percakapan siswa: gangguan interferensi,fonologi dan interferensi sintaksis. Campur tangan bahasa Jawa tidak terjadi secara sadar.Hal ini terjadi karena efek dari kehidupan sehari-hari ehingga unsur kata-kata atau kalimat Jawa masih dilakukan dalam komunikasi di sekolah.
  
Kata kunci :interferensi, Jawa, bahasa Indonesia bahasa belajar.

 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
     Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang berbeda-beda, sebab Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat, baik untuk komunikasi sehari-hari maupun keperluan yang sifatnya kedaerahan.
              Dalam masyarakat multilingual yang mobilitasnya tinggi, anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya atau sebagian, sesuai dengan kebutuhan (Chaer, 1994:68). Kefasihan seseorang menggunakan dua bahasa sangat tergantung kepada kesempatan menggunakan kedua bahasa tersebut. Jika kesempatannya banyak, maka kefasihannya akan bertambah baik, sebaliknya bila sedikit kesempatan maka kefasihannya akan tetap atau bahkan berkurang.
Bahasa Jawa pada umumnya dipakai oleh masyarakat yang tinggal di pulau Jawa. Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah mempunyai logat dan dialek yang  sesuai dengan wilayah domisili penuturnya.Bahasa jawa yang dimaksudkan adalah bahasa dari provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur juga terdapat daerah yang dominan masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi yakni di daerah desa Wacopek Bintan Timur Kabupaten Bintan.Logat Bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakat yang tinggal di desa Wacopek cukup jauh berbeda dengan logat yang diucapkan oleh masyarakat yang tinggal di Bintan timur.
Dalam penggunaan bahasa Jawa yang dikuasai anak sejak kecil dan terus digunakan dalam kehidupan siswa yang bersekolah sudah tentu berpengaruh pada penggunaan bahasa pada saat mereka mengikuti pelajaran di sekolah. Apalagi anak sekolah dasar yang masih kental dengan bahasa ibunya. Selain itu juga, penduduk yang tinggal di sekitar sekolah mayoritas suku Jawa, kemungkinan anak-anak menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi dalam proses belajar-mengajar di sekolah sangat besar. Chaer (1994) menyebut gejala pemakaian bahasa seperti ini sebagai interferensi bahasa. Interferensi bahasa adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang digunakan
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi bahasa Jawa dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa Sekolah Dasar di Bintan timur. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan informasi penting bagi pemerhati bahasa dalam upaya pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.         

 RUMUSAN MASALAH
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Datanya adalah bahasa lisan yang dituturkan oleh baik siswa maupun guru di dalam proses belajar-mengajar bahasa Indonesia di kelas. Data tersebut diperoleh dengan teknik simak libat cakap, catat, dan rekam.
Data yang terkumpul dianalisis dengan metode padan intralingual dengan teknik hubung banding menyamakan dan membedakan bentuk-bentuk intrferensi yang teranalisis. Selain itu digunakan juga metode padan ekstralingual dengan teknik hubung-banding bentuk-bentuk bahasa dengan hal-hal luar bahasa, misalnya kesepadanan bentuk bahasa yang digunakan dengan penutur, tujuan, dan konteks tuturan.

TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi bahasa Jawa dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa Sekolah Dasar di Bintan Timur. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan informasi penting bagi pemerhati bahasa dalam upaya pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.   

 PEMBAHASAN

Masuknya bahasa Jawa dalam tuturan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah umumnya terjadi secara spontan, artinya dalam berkomunikasi siswa tidak merancang penuturan kalimat harus menggunakan bahasa jawa. Namun tuturan percakapan dengan bahasa tersebutlah yang sebenarnya dikuasai. Dengan demikian interferensi yang terjadi dikarenakan oleh kebiasaannya bertutur menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah diperoleh data penelitian dari tuturan yang dihasilkan siswa dan guru yang berlangsung pada saat proses belajar mengajar, peneliti menemukan bahwa interferensi yang terjadi dalam tuturan siswa dan guru terdapat dua jenis interferensi yaitu pada tataran fonologi dan sintaksis. Interferensi fonologi dapat dibedakan menjadi: interferensi yang terjadi dalam vokal, diftong dan konsonan. Selanjutnya, interferensi sintaksis dapat dilihat pada tataran frasa dan klausa.
           
Interferensi  Fonologis
Interferensi fonologis adalah kekacauan atau gangguan sistem suatu bahasa yang berhubungan dengan fonem. Interferensi fonologi ini terjadi pada tataran vokal, diftong dan tataran konsonan. Interferensi pada tataran vokal tampak seperti di bawah ini.
            terimo       -----------   terima     
            kerjo         -----------   kerja 
   
Data tersebut memperlihatkan bahwa interferensi fonologi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia yang terjadi pada tataran vokal yakni terjadi perubahan vokal [o] dalam bahasa Indonesia menajdi vokal [a] dalam bahasa jawa. Pada kata terimo terjadi perubahan vokal [o] dengan vokal [a]. Perubahan ini disebut interferensi yang terjadi pada fonem dari bahasa jawa kedalam bahasa Indonesia sebab pola baku bahasa Indonesia adalah “terima” bukan terimo.
Interferensi fonologi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia terjadi pula pada bidang diftong, misalnya pulo ‘pulau’. Dalam hal ini, kata pulo dalam bahasa jawa ber- ekuivalen dengan kata “pulau” dalam bahasa Indonesia yang terdapat diftong [au]. Dalam kata pulo diakhiri vokal [o] namun dalam kata “pulau” diakhiri dengan diftong [au]. Oleh sebab itu, kata “pulau” sudah ter interferensi bahasa jawa menjadi pulo.

Interferensi fonologi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia juga terjadi pada bidang konsonan yakni terjadi perubahan konsonan dalam bentuk penambahan bunyi konsonan, penghilangan bunyi konsonan dan penggantian bunyi konsonan. Hal ini terlihat dari data berikut.
ati           --------   hati
Contoh di atas memperlihatkan bahwa pengucapan kata “hati” merupakan interferensi fonologi dalam bidang konsonan karena pada kata “hati” dalam bahasa Indonesia akan menjadi ati dalam pengucapan bahasa  jawa sebab terjadi penghilangan bunyi [h]. 

Interferensi Sintaksis
Interferensi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia terjadi pula dalam bidang sintaksis yakni pada tataran frasa dan klausa. Interferensi pada tataran frasa terlihat dalam peristiwa tutur yang berikut ini.
a.  + Adi: ini pena siapa? 
     - Rita: Itu penane Rudi yang hilang   ‘Itu pena Rudi yang hilang
b.  + Siswa: buk lihat bajune Riko kotor. ‘buk lihat  baju Rikokotor’
      -  Guru: Riko bersihkan baju kamu.
c. + Siswa: buk,  tasne ibuguru bagus ‘buk, tas ibu gurubagus’
      - Guru: terimakasih ya.
Dari data frasa di atas merupakan struktur kepemilikan atau posesif. Dalam bahasa jawa, makna “kepemilikan” memang lazim dinyatakan dengan manambahkan – ne, yang dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan –nya. Dalam bahasa Indonesia frasa kepemilikan seperti itu tidak dinyatakan dengan -nya, tetapi cukup dengan menggabungkan unsur termilik dan unsur pemiliknya.
Interferensi pada tataran klausa pun sering terjadi seperti yang terlihat dalam tuturan berikut ini.
a)   Coba lihat gembes banne sepedane Rino
     ‘Coba lihat kempes bannya sepeda Rino’
     ‘Coba lihat, ban sepeda Rino kempes,     
b)   Kira-kira sak meter duwur tiange          
     ‘Kira-kira satu meter tingginya tiang itu’
     ‘Tinggi tiang itu kira-kira satu meter’

Penyebab Terjadinya Interferensi
Terjadinya interferensi bahasa jawa ke dalam bahasa Indonesia yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari yang dilakukan oleh siswa dan guru di sekolah Dasar Bintan Timur. Keadaan ini memperlihatkan bahwa interferensi terjadi bukan karena disengaja oleh siswa dengan maksud untuk mempermudah penyampaian buah pikirannya, tetapi terjadi karena penguasaan sistem bahasa pertama (bahasa jawa) mereka yang lebih tinggi dari kemampuan mereka bertutur dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa pertama yang lebih tinggi menyebabkan mereka terbiasa berbicara dengan bahasa tersebut, dan hal ini agaknya menjadi sebab mengapa bahasa jawa banyak terbawa ke dalam kata bahasa Indonesia saat mereka berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar.
Interferensi bahasa jawa yang terjadi dalam proses belajar mengajar terjadi pula karena kebiasaan mereka menggunakan bahasa tersebut dalam lingkungan mereka sehari-hari, sehingga kebiasaan tersebut tetap mereka bawa pada saat mereka seharusnya bertutur dengan bahasa Indonesia yang bukan merupakan bahasa keseharian mereka. Oleh karena itu, kemampuan mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia sulit berkembang dan hal tersebut menyebabkan mereka merasa malu menggunakan bahasa Indonesia, sehingga berakibat keinginan mereka menggunakan bahasa Indonesia rendah. Hal lain adalah kurangnya mereka menggunakan media massa seperti koran, majalah yang mereka baca, untuk meningkatkan kemampuan mereka berbahasa Indonesia.
Hasil pengamatan peneliti selama penelitian menunjukkan bahwa sangat sedikit adanya interaksi antara guru dengan murid yang menggunakan media bahasa Indonesia. Sehingga siswa tetap menggunakan bahasa jawa pada saat mereka seharusnya bertutur dengan bahasa Indonesia, hal ini terjadi karena guru kurang tegas atau kontrol dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Akumulasi dari hal-hal tersebut di atas akan membuat kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia tidak berkembang dengan baik, karena mereka selalu menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu, wajar bila dalam komunikasi siswa kepada guru pada saat proses belajar mengajar gaya dan kemampuan mereka bertutur masih sangat dipengaruhi oleh bahasa jawa. Akibatnya pada setiap mereka berkomunikasi ungkapan-ungkapan dan tata bahasa serta tuturan yang bernuansa bahasa jawa selalu terbawa. Kemampuan mereka berbahasa Indonesia menjadi rendah yang pada akhirnya mereka akan tetap tertinggal dari mereka yang menguasai bahasa dengan baik dan benar dalam segala hal.
Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, masih banyaknya penggunaan kata atau kalimat yang terinterferensi oleh bahasa jawa membuktikkan bahwa penggunaan bahasa jawa masih dominan dipakai di lingkungan siswa Keadaan ini terjadi karena penggunaan bahasa jawa yang sudah terbiasa digunakan oleh siswa dalam lingkungan sehari-hari akan tetap mereka bawa pada saat mereka seharusnya bertutur bahasa Indonesia yang bukan merupakan bahasa keseharian mereka. Oleh karena itu, kemampuan mereka menggunakan bahasa mereka masih rendah dan sulit untuk berkembang dengan baik.
Selain itu, masih rendahnya interaksi antara guru dan siswa yang menggunakan media bahasa Indonesia, sehingga mereka akan tetap menggunakan bahasa jawa saat mereka seharusnya bertutur dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena guru kurang disiplin dalam mengontrol pemakaian bahasa Indonesia. Penyebab terjadinya interferensi bahasa jawa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah antara lain adanya kalimat yang terinterferensi oleh kata-kata dan struktur kata bahasa Bugis dalam komunikasi yang dilakukan oleh siswa membuktikan bahwa betapa masih dominannya pemakaian bahasa tersebut dalam komunikasi sehari-hari.
Peristiwa ini merupakan salah satu dampak dari bilingualisme atau penggunaan dua bahasa. Dan keadaan seperti ini menyiratkan bahwa interferensi terjadi begitu saja, karena kebiasaan siswa menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia secara bergantian. Bahasa jawa diperoleh siswa sebagai bahasa pertama dan lebih dikuasainya dari bahasa Indonesia yang diperoleh di sekolah sebagai bahasa kedua.
Kalau dilihat dari peluang penggunaan bahasa, bahasa yang lebih besar peluang penggunaannya akan besar pula peluangnya untuk terinterferensi kebahasa yang lebih kecil peluang penggunaannya. Bahasa jawa lebih berpeluang digunakan dari pada bahasa Indonesia dan lebih terbiasa atau fasih menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari. Dan hal ini sepertinya menjadi penyebab mengapa bahasa jawa terbawa kedalam komunikasi yang dilakukan siswa.
Di samping itu, berdasarkan jawaban siswa yang diperoleh pada saat melakukan wawancara, interferensi yang terjadi pada saat proses belajar mengajar dikarenakan adanya unsur tidak sengaja yang mereka lakukan, dan tidak mengetahui kosa kata atau struktur kata bahasa Indonesia sehingga mereka menggantikannya dengan kata atau struktur kata bahasa jawa, yang merupakan salah satu dampak dari kurangnya penguasaan bahasa Indonesia dan penguasaan bahasa jawa yang lebih mereka kuasai.
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa interferensi bahasa jawa yang terjadi pada proses belajar mengajar terjadi karena siswa lebih menguasai bahasa jawa dari pada bahasa Indoneisa. Hal ini peneliti lihat dari penggunaan kosa kata bahasa tersebut dalam percakapan.
PENUTUP

SIMPULAN
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa bentuk interferensi bahasa jawa dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada pada tataran fonologi yang meliputi: perubahan bunyi vokal [o] dalam bahasa Indoneisa menjadi vokal [a] dan, dan vokal [a] dalam bahasa Indonesia menjadi vokal [e] dalam bahasa jawa ; pada tataran diftong juga terjadi interferensi bahasa jawa pada bunyi diftong [au] dalam bahasa Indonesia menjadi [o] dalam bahasa jawa.
Selanjutnya bentuk interferensi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia yang terjadi dalam tataran sintaksis yakni pada frasa dan klausa sedangkan dalam tataran kalimat tidak ditemukan interferensi bahasa jawa dalam bahasa Indonesia.
Penyebab terjadinya interferensi bahasa jawa dalam proses belajar mengajar berasal dari guru dan siswa. Penyebab yang berasal dari siswa karena kebiasaan mereka menggunakan bahasa jawa baik di rumah maupun di sekolah. Rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia, adanya ejekan dari teman-teman mereka menggunakan bahasa Indonesia, sehingga mereka malu menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, kurangnya keinginan mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia. Penyebab yang berasal dari guru adalah kurangnya kontrol dari guru dan karena guru lebih menekankan pada target pencapaian kurikulum dari pada penekanan kaidah bahasa Indonesia yang baik.
  
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhayi. 1985. Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Jakarta: New aqua Perss.
Chaer, A. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka cipta
Hakim, Z. 1999. Tipe Semantik Bahasa Makassar. Jakarta: Depdikbud.
Mustakim, 1994. Interferensi Bahasa Jawa dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, DJ. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud. Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar