Jumat, 15 Juni 2012

Zakirin C8


Analisis Alih Kode Dalam Percakapan Mahasiswa FKIP Umrah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi verbal yang bersifat arbitrer, bahasa juga merupakan alat penghubung yang berupa symbol tertentu yang telah disepakati sehingga terjadi interaksi yang saling merespon satu dengan yang lain. Bahasa tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari, manusia selalu melakukan kegiatan setiap hari dan untuk memperlancar kegiatan tersebut dibutuhkan sebuah komunikasi yang nantinya akan menghasilkan sebuah keuntungan bersama.
Setiap penutur mempunyai kemampuan komunikatif berupa kemampuan berbahasa serta kemampuan mengungkapkan sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma pemakain dalam kontek sosialnya.
. Penulis akan lebih menspesifikasikannya ke dalam penggunaan alih kode dalam percakapan mahasiswa FKIP Umrah. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat mempengaruhi pilihan kode dan  gaya bertutur.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Apakah dalam percakapan para mahasiswa terjadi alih kode?
  2. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya alih kode?
1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1        Tujuan
  1. Mendeskripsi adakah proses alih kode dalam percakapan mahasiswa.
  2. Mencari tahu faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya alih kode.
1.3.2        Manfaat
  1. Mngetahui gaya bicara para mahasiswa.
  2. Bisa menyimpulkan dari percakapan tersebut adakah gejala alih kode atau tidak.
  3. Wawasan kebahasaan semakin bertambah sehingga penulis bisa menggunakan dan menerapkannya sesuai dengan lingkungan penutur dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
 2.1 Analisis Percakapan
 Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa jawa sangat mempengaruhi komunikasi sehari-hari, dikarenakan penutur merupakan kelompok masyarakat suku jawa dan bahasa daerah atau bahasa nusantara akan selalu berdampingan dengan bahasaIndonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
  1. proses terjadinya  alih kode.
  2. penggunaan  bahasa jawa sebagai alat berkomunikasi dalam  percakapan tersebut.
  3. siapakah yang mendominasi percakapan tersebut.
  4. apa yang menyebabkan adanya dominasi dalam percakapan.
Analisis percakapan adalah analisis yang sistematis tentang peristiwa berbicara yang dihasilkan dalam setiap situasi interaksi percakapan (talk-in-interaction). Analisis percakapan adalah kajian rekaman tentang percakapan dalam interaksi yang terjadi secara alamiah. Pada prinsipnya, analisis percakapan bertujuan untuk menemukan cara-cara partisipan mengerti dan menanggapi penuturan antara partisipan yang satu dengan yang lain dalam suatu giliran berbicara, dengan menitikberatkan pada urutan perilaku. Hal itu berarti analisis percakapan dapat menemukan langkah-langkah yang tidak dapat diduga sebelumnya dan kompetensi sosiolinguistik yang mendasari produksi dan interpretasi percakapan yang urutan interaksinya teratur (Hutchby dan Wooffitt, 1998).
Analisis percakapan adalah sebuah permulaan yang radikal dari bentuk-bentuk analisis yang diorientasikan secara linguistik pada produksi tuturan dan khususnya perolehan pengertian yang tidak hanya dilihat pada struktur bahasa tetapi yang pertama dan utama adalah sebagai sebuah penyelesaian sosial yang praktis. Hal itu berarti kata-kata yang digunakan pada saat berbicara tidak dikaji sebagai kesatuan-kesatuan semantik, tetapi sebagai hasil atau tujuan yang dibentuk dan digunakan dalam batasan aktivitas-aktivitas perundingan dalam berbicara, seperti salam, sapaan, keluhan, dan sebagainya.
Dengan percakapan, penutur menunjukkan urutan-urutan berikutnya dari sebuah pemahaman yang dibicarakan sebelumnya. Hal itu akan dapat menunjukkan hal-hal utama yang dikehendaki ataupun tidak dikehendaki oleh penutur. Langkah-langkah tersebut disebut sebagai langkah-langkah pembuktian giliran berikutnya (next-turn proof procedure). Langkah-langkah tersebut menjadi alat dasar dalam analisis percakapan untuk menjamin bahwa analisis benar-benar didasarkan pada kelengkapan percakapan sebagai orientasi partisipan dalam menyelesaikan percakapannya, bukan semata-mata didasarkan pada asumsi analis.
Urutan-urutan tuturan dalam sebuah percakapan akan memberikan kepastian informasi yang dikehendaki oleh partisipan dengan adanya pasangan tuturan yang berdekatan (adjacency pair). Pasangan tuturan yang berdekatan ini akan mempertegas langkah-langkah pembuktian terhadap cara-cara partisipan memahami dan membuat pengertian tentang tuturan yang ada.

2.2.1        Pengertian Alih Kode
Menutut Apple(1976:79) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.
Menurut Hymes(1875:103) menyatakan alih kode hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa..
Latar Belakang Hidup di dalam masyarakat dwibahasa (atau multibahasa) membuat orangIndonesia mampu berbicara dalam setidaknya dua bahasa. Mereka dapat menggunakan paling tidak bahasa daerahnya (yang biasanya merupakan bahasa ibu) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena pengaruh globalisasi dan masuknya budaya asing, saat ini bahkan banyak sekali orang yang mampu berkomunikasi dengan lebih dari bahasa satu bahasa asing. Penguasaan beberapa bahasa mendorong orang-orang menggunakan berbagai bahasa tersebut dalam situasi dan tujuan yang berbeda. Karena inilah fenomena alih kode (code switching) dan campur kode (code mixing) tidak dapat dihindari. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Umar dan Napitupulu (1994:13), bahwa alih kode merupakan aspek ketergantungan bahasa dalam suatu masyarakat dwibahasa. Hampir tidak mungkin bagi seorang penutur dalam masyarakat dwibahasa untuk menggunakan satu bahasa saja tanpa terpengaruh bahasa lain yang sebenarnya memang sudah ada dalam diri penutur itu, meskipun hanya sejumlah kosa kata saja. Alih kode dapat terjadi di berbagai situasi dan tempat.
Landasan Teori Alih kode merupakan hal yang dibahas dalam sosiolinguistik. Sosiolinguistik mempelajari bahasa dengan mempertimbangkan hubungan antara bahasa dan masyarakat penutur bahasa tersebut (Rahardi, 2001:12- 13).
Orang-orang akan akan berkomunikasi menggunakan bahasa atau kode tertentu berdasarkan siapa yang mereka ajak bicara dan dalam situasi yang seperti apa serta tujuan apa yang ingin mereka peroleh melalui penggunaan kode tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fishman, “who speaks (or write) what language (or what language variety), to whom and when, and to what end?” (dalam Wardaugh, 1986:16). Selain itu, pemilihan kode yang sesuai untuk situasi tertentu juga dipengaruhi oleh komponen tutur yang disingkat sebagai SPEAKING, yang diungkapkan oleh Dell Hymes (dalam Fasold, 1990:44-46). Komponen tutur ini terdiri atas Situation (tempat dan waktu terjadinya tuturan), Participants (peserta tutur), Ends (tujuan), Act sequences (pokok tuturan), Keys (nada tutur), Instrumentalities (sarana tutur), Norms (norma tutur), dan Genre (kategori)kebahasaan yang sedang dituturkan). Alih kode merupakan salah satu akibat adanya kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi ketika dua bahasa atau lebih digunakan oleh penutur yang sama (Suwito dalam Rahardi, 2001:17). Kontak bahasa ini akan memengaruhi salah satu bahasa yang digunakan penutur, dan hal ini terlihat dari adanya beberapa leksikon pinjaman dari salah satu bahasa tersebut.
         Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang adalasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Sementara Sumarsono dan Pertana (2002:201) mengatakan bahwa kode merupakan bentuk netral yang mengacu pada bahasa, dialek, sosiolek, atau variasi bahasa. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Tanner (dalam Pride & Holmes ed., 1972:126) bahwa kode mencakup bahasa dan perbedaan intrabahasa yang disebut variasi (tingkat tutur, dialek, dan ragam).
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kode mencakup bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan variasi bahasa tersebut, termasuk dialek, tingkat tutur, dan ragam. Dengan kata lain, kode adalah sistem yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan mitra tuturnya .(Rahardi ,2001:21) mengatakan bahwa alih kode adalah penggunaan altenatif dari dua variasi atau lebih dari bahasa yang sama atau dalam suatu masyarakat dwibahasa. Sementara itu,Crystal (dalam Skiba, 1997 hal. 2) mengatakan bahwa peralihan kode atau bahasa terjadi ketika seorang dwibahasawan saling bergantian menggunakan dua bahasa selama dia berbicara dengan dwibahasawan lain. Chaer dan Agustina (1995:141) menambahkan bahwa alih kode adalah ”peristiwa pergantian bahasa…atau berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi, atau juga ragam resmi ke ragam santai….” Jadi dalam alih kode,          pemakaian dua bahasa atau lebih ditandai oleh kenyataan bahwa masing-masing bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, dan fungsi masing-masing bahasa itu disesuaikan dengan relevan dengan perubahan konteksnya.
Dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa memiliki fungsi otonomi masing-masing, sedangkan kode-kode yang lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode Chaer and Agustina (1995:151). Dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan dengan sengaja dengan sebab-sebab tertentu (fungsional).

2.2.2  Beberapa Faktor Penyebab Alih Kode
Kalau menelusuri penyebab terjadinya alih kode kita harus kembali ke pokok bahasan sosiolinguistik yang dikemukakan  oleh Fishman (1976) yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa. Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum penyebab alih kode itu antara lain: (1) pembicara atau penutur,(2) pendengar atau lawan tutur,(3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga,(4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya,(5) perubahan topic pembicaraan.
Menurut Crystal (dalam Skiba, 1997:p 3-4), peralihan bahasa satu ke bahasa lain dapat dikarenakan oleh hal berikut ini:
1. Penutur tidak dapat mengungkapkan sesuatu dalam bahasanya sehingga beralih ke bahasa lain.
2. Penutur ingin mengungkapkan solidaritas dengan kelompok sosial tertentu.
3. Penutur ingin mengekspresikan sikapnya kepada mitra tutur.
Faktor yang Memengaruhi Alih Kode Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi para mahasiswa untuk melakukan alih kode, antara lain:
1. Partisipan pembicaraan Partisipan pembicaraan atau penutur lain dapat memengaruhi terjadinya alih kode. Misalnya pada data berikut, di mana penutur menggunakan bahasa Jawa: Tetapi Wanto :engko ngumpul nang sanggar cok! Rapat koordinasi paling. karena ada penutur lain yang menggunakan bahasa Indonesia seperti data berikut:[A29]Farid: hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi, kemarin kalian pada gak  datang  dari semester kita yang datang Cuma aku tok rek, maka ia juga beralih menggunakan bahasaIndonesia. Seperti contoh berikut: Wanto: siapa aja yang mencalonkan?
2.   Perubahan situasi Alih kode dapat terjadi karena adanya perubahan situasi, karena hadirnya orang ketiga.
2.2.3        Macam-Macam Alih Kode
Menurut Soewito ada dua macam alih kode, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern. Yang dimaksud alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya. Sedangkan alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri(salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verba repertoire masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing.
Jadi, bisa disimpulkan dari percakapan di atas terjadinya proses alih kode intern karena adanya perubahan percakapan dari bahasa Jawa ke bahasaIndonesia.
Wardaugh (1986:102-103) danHudson(1996:52-53) menjelaskan dua jenis alih kode, metaforis dan situasional, sedangkan Hymes (dalam Rahardi, 2001:20) menyebutkan alih kode internal dan eksternal.
1. Metaforis Alih kode metaforis terjadi jika ada pergantian topik (Wardaugh, 1986:103). Alih kode ini memiliki dimensi afektif, yaitu kode berubah ketika situasinya berubah, misalnya formal ke informal, resmi ke pribadi, maupun situasi serius ke situasi yang penuh canda.
2. Situasional Alih kode ini terjadi berdasarkan situasi di mana para penutur menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan bahasa lain dalam situasi yang lain (Wardaugh, 1986:102-103). Tidak ada perubahan topik dalam alih kode situasional.
Sebagai tambahan, menurutHudson(1996:52), dalam alih kode situasional pergantian ini selalu bertepatan dengan perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya berbicara dengan anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan tetangga).
1. Internal Alih kode internal adalah alih kode yang terjadi yang terjadi antarbahasa daerah dalam suatu bahasa nasional, antardialek dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dangayayang terdapat dalam suatu dialek (Hymes dalam Rahardi, 2001:20).
2.  Eksternal Alih kode eksternal terjadi ketika penutur beralih dari bahasa asalnya ke bahasa asing (Hymes dalam Rahardi, 2001:20), misalnya dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya.
2.2.4        Analisi Data
Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti fenomena alih kode yang muncul pada percakapan di lingkungan kampus. Dalam percakpan tersebut para mahasiswa sering melakukan alih kode (biasanya dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1. Menunjukkan jenis alih kode dan campur kode yang muncul, 2. Menjelaskan faktor yang memengaruhi munculnya alih kode. Data Data diperoleh melalui metode simak libat cakap, di mana peneliti juga berpartisipasi secara langsung dalam pembicaraan.
Setiap kalimat dalam data diurutkan untuk memudahkan analisis seperti dalam  percakapan dibawah ini yang menunjukkan terjadinya alih kode:
Zack        : iyo…. Rek kok gak bareng kerjo, kepingin melok
Amrin      : hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi, kemarin kalian        pada gak  datang  dari semester kita yang datang Cuma aku tok rek!
Dari dialog menuju ke dialog menunjukkan terjadinya proses alih kode, karena ditandai peralihan dari bahasa jawa ke bahasaIndonesia. Ragam yang digunakan adalah ragam santai atau nonformal. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:25), di mana peristiwa alih kode dan campur kode dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar bahasa tersebut, seperti faktor sosial.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
      Alih kode bisa terjadi karena situasi dan kondisi tertentu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

Menurut Crystal (dalam Skiba, 1997:p 3-4), peralihan bahasa satu ke bahasa lain dapat dikarenakan oleh hal berikut ini:
1. Penutur tidak dapat mengungkapkan sesuatu dalam bahasanya sehingga beralih ke bahasa lain.
2. Penutur ingin mengungkapkan solidaritas dengan kelompok sosial tertentu.
3. Penutur ingin mengekspresikan sikapnya kepada mitra tutur.
( Crystal, dalam Skiba, 1997:p 3-4)

Wardaugh (1986:102) mengatakan bahwa seorang penutur beralih dari variasi X ke variasi Y karena adanya solidaritas dengan pendengarnya, pemilihan topik, dan jarak sosial. Adapun Chaer dan Agustina (1995:143) menyimpulkan bahwa penyebab alih kode antara lain penutur, mitra tutur, perubahan situasi karena adanya orang ketiga, perubahan dari situasi formal ke informal, dan topik yang dibicarakan

3.2    Saran
mahasiswa harus sering melakukan penelitian-penelitian, baik melalui tugas atau penelitian kreatif mahasiswa sendiri dengan menambah wawasan tentang penggunaan bahasa di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Poedjosoedarmo, S. 1976: ,Analisa Variasi Bahasa dalam penataran dilektologi, Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
 Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.Jakarta: Rineka Cipta. Fasold, Ralph.


DESKRIPSI DATA

Amrin  : koe, engko ngumpul nang sanggar rak Zack! Eneng Rapat koordinasi.
Zack    : iyo…. Aku mang diwara ren konkon melok
Amrin  : seminare apik lo.
Zack        : iyo….  Aku rak iso melu eneng kerjo sitik, tapi kepingin melok pulak.
Risman    : hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi, kemarin kalian pada gak  datang  dari semester kita yang datang Cuma aku tok mi!
Azmi    : siapa aja yang sudah mendaftar?
Risman : kemarin dari semester dua ada Ali sama Kiki
Azmi    : lho..semester dua boleh ikut tak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar