Analisis
Alih Kode Dalam Percakapan Mahasiswa FKIP Umrah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi verbal yang bersifat arbitrer,
bahasa juga merupakan alat penghubung yang berupa symbol tertentu yang telah
disepakati sehingga terjadi interaksi yang saling merespon satu dengan yang
lain. Bahasa tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari, manusia selalu
melakukan kegiatan setiap hari dan untuk memperlancar kegiatan tersebut
dibutuhkan sebuah komunikasi yang nantinya akan menghasilkan sebuah keuntungan
bersama.
Setiap
penutur mempunyai kemampuan komunikatif berupa kemampuan berbahasa serta
kemampuan mengungkapkan sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma
pemakain dalam kontek sosialnya.
.
Penulis akan lebih menspesifikasikannya ke dalam penggunaan alih kode dalam
percakapan mahasiswa FKIP Umrah. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat
mempengaruhi pilihan kode dan gaya bertutur.
1.2
Rumusan Masalah
- Apakah dalam percakapan para
mahasiswa terjadi alih kode?
- Faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya alih kode?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan
- Mendeskripsi adakah proses alih
kode dalam percakapan mahasiswa.
- Mencari tahu faktor apa saja
yang mempengaruhi terjadinya alih kode.
1.3.2
Manfaat
- Mngetahui gaya bicara para mahasiswa.
- Bisa menyimpulkan dari
percakapan tersebut adakah gejala alih kode atau tidak.
- Wawasan kebahasaan semakin
bertambah sehingga penulis bisa menggunakan dan menerapkannya sesuai
dengan lingkungan penutur dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Percakapan
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa
jawa sangat mempengaruhi komunikasi sehari-hari, dikarenakan penutur merupakan
kelompok masyarakat suku jawa dan bahasa daerah atau bahasa nusantara akan
selalu berdampingan dengan bahasaIndonesia.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
- proses terjadinya alih
kode.
- penggunaan bahasa jawa
sebagai alat berkomunikasi dalam percakapan tersebut.
- siapakah yang mendominasi
percakapan tersebut.
- apa yang menyebabkan adanya
dominasi dalam percakapan.
Analisis
percakapan adalah analisis yang sistematis tentang peristiwa berbicara yang
dihasilkan dalam setiap situasi interaksi percakapan (talk-in-interaction).
Analisis percakapan adalah kajian rekaman tentang percakapan dalam interaksi
yang terjadi secara alamiah. Pada prinsipnya, analisis percakapan bertujuan
untuk menemukan cara-cara partisipan mengerti dan menanggapi penuturan antara
partisipan yang satu dengan yang lain dalam suatu giliran berbicara, dengan
menitikberatkan pada urutan perilaku. Hal itu berarti analisis percakapan dapat
menemukan langkah-langkah yang tidak dapat diduga sebelumnya dan kompetensi
sosiolinguistik yang mendasari produksi dan interpretasi percakapan yang urutan
interaksinya teratur (Hutchby dan Wooffitt, 1998).
Analisis percakapan adalah sebuah permulaan yang radikal
dari bentuk-bentuk analisis yang diorientasikan secara linguistik pada produksi
tuturan dan khususnya perolehan pengertian yang tidak hanya dilihat pada
struktur bahasa tetapi yang pertama dan utama adalah sebagai sebuah
penyelesaian sosial yang praktis. Hal itu berarti kata-kata yang digunakan pada
saat berbicara tidak dikaji sebagai kesatuan-kesatuan semantik, tetapi sebagai
hasil atau tujuan yang dibentuk dan digunakan dalam batasan aktivitas-aktivitas
perundingan dalam berbicara, seperti salam, sapaan, keluhan, dan sebagainya.
Dengan percakapan, penutur menunjukkan urutan-urutan
berikutnya dari sebuah pemahaman yang dibicarakan sebelumnya. Hal itu akan
dapat menunjukkan hal-hal utama yang dikehendaki ataupun tidak dikehendaki oleh
penutur. Langkah-langkah tersebut disebut sebagai langkah-langkah pembuktian
giliran berikutnya (next-turn proof procedure). Langkah-langkah tersebut
menjadi alat dasar dalam analisis percakapan untuk menjamin bahwa analisis
benar-benar didasarkan pada kelengkapan percakapan sebagai orientasi partisipan
dalam menyelesaikan percakapannya, bukan semata-mata didasarkan pada asumsi
analis.
Urutan-urutan
tuturan dalam sebuah percakapan akan memberikan kepastian informasi yang
dikehendaki oleh partisipan dengan adanya pasangan tuturan yang berdekatan (adjacency
pair). Pasangan tuturan yang berdekatan ini akan mempertegas
langkah-langkah pembuktian terhadap cara-cara partisipan memahami dan membuat pengertian
tentang tuturan yang ada.
2.2.1
Pengertian Alih
Kode
Menutut
Apple(1976:79) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian
bahasa karena berubahnya situasi.
Menurut
Hymes(1875:103) menyatakan alih kode hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat
juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu
bahasa..
Latar Belakang Hidup di dalam masyarakat dwibahasa (atau
multibahasa) membuat orangIndonesia mampu berbicara dalam setidaknya dua bahasa. Mereka dapat
menggunakan paling tidak bahasa daerahnya (yang biasanya merupakan bahasa ibu)
dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena pengaruh globalisasi dan
masuknya budaya asing, saat ini bahkan banyak sekali orang yang mampu
berkomunikasi dengan lebih dari bahasa satu bahasa asing. Penguasaan beberapa
bahasa mendorong orang-orang menggunakan berbagai bahasa tersebut dalam situasi
dan tujuan yang berbeda. Karena inilah fenomena alih kode (code switching) dan
campur kode (code mixing) tidak dapat dihindari. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan Umar dan Napitupulu (1994:13), bahwa alih kode merupakan aspek
ketergantungan bahasa dalam suatu masyarakat dwibahasa. Hampir tidak mungkin
bagi seorang penutur dalam masyarakat dwibahasa untuk menggunakan satu bahasa
saja tanpa terpengaruh bahasa lain yang sebenarnya memang sudah ada dalam diri
penutur itu, meskipun hanya sejumlah kosa kata saja. Alih kode dapat terjadi di
berbagai situasi dan tempat.
Landasan
Teori Alih kode merupakan hal yang dibahas dalam sosiolinguistik.
Sosiolinguistik mempelajari bahasa dengan mempertimbangkan hubungan antara
bahasa dan masyarakat penutur bahasa tersebut (Rahardi, 2001:12- 13).
Orang-orang akan akan berkomunikasi menggunakan bahasa atau
kode tertentu berdasarkan siapa yang mereka ajak bicara dan dalam situasi yang
seperti apa serta tujuan apa yang ingin mereka peroleh melalui penggunaan kode
tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fishman, “who speaks (or write)
what language (or what language variety), to whom and when, and to what end?”
(dalam Wardaugh, 1986:16). Selain itu, pemilihan kode yang sesuai untuk situasi
tertentu juga dipengaruhi oleh komponen tutur yang disingkat sebagai SPEAKING,
yang diungkapkan oleh Dell Hymes (dalam Fasold, 1990:44-46). Komponen tutur ini
terdiri atas Situation (tempat dan waktu terjadinya tuturan), Participants
(peserta tutur), Ends (tujuan), Act sequences (pokok tuturan), Keys (nada
tutur), Instrumentalities (sarana tutur), Norms (norma tutur), dan Genre
(kategori)kebahasaan yang sedang dituturkan). Alih kode merupakan salah satu
akibat adanya kontak bahasa. Kontak bahasa terjadi ketika dua bahasa atau lebih
digunakan oleh penutur yang sama (Suwito dalam Rahardi, 2001:17). Kontak bahasa
ini akan memengaruhi salah satu bahasa yang digunakan penutur, dan hal ini
terlihat dari adanya beberapa leksikon pinjaman dari salah satu bahasa
tersebut.
Kode adalah suatu sistem tutur yang
penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan latar belakang
penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang adalasi
penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Sementara Sumarsono
dan Pertana (2002:201) mengatakan bahwa kode
merupakan bentuk netral yang mengacu pada bahasa, dialek, sosiolek, atau
variasi bahasa. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Tanner (dalam Pride &
Holmes ed., 1972:126) bahwa kode
mencakup bahasa dan perbedaan intrabahasa yang disebut variasi (tingkat tutur,
dialek, dan ragam).
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
kode mencakup bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan variasi bahasa
tersebut, termasuk dialek, tingkat tutur, dan ragam. Dengan kata lain, kode adalah sistem yang digunakan
seseorang untuk berkomunikasi dengan mitra tuturnya .(Rahardi ,2001:21)
mengatakan bahwa alih kode
adalah penggunaan altenatif dari dua variasi atau lebih dari bahasa yang sama
atau dalam suatu masyarakat dwibahasa. Sementara itu,Crystal (dalam Skiba, 1997
hal. 2) mengatakan bahwa peralihan kode atau bahasa terjadi ketika seorang
dwibahasawan saling bergantian menggunakan dua bahasa selama dia berbicara
dengan dwibahasawan lain. Chaer dan Agustina (1995:141) menambahkan bahwa alih
kode adalah ”peristiwa pergantian bahasa…atau berubahnya dari ragam santai
menjadi ragam resmi, atau juga ragam resmi ke ragam santai….” Jadi dalam alih
kode, pemakaian dua bahasa atau lebih
ditandai oleh kenyataan bahwa masing-masing bahasa masih mendukung
fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, dan fungsi masing-masing
bahasa itu disesuaikan dengan relevan dengan perubahan konteksnya.
Dalam
alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa memiliki fungsi otonomi
masing-masing, sedangkan kode-kode yang lain yang terlibat dalam peristiwa
tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomian
sebagai sebuah kode Chaer and Agustina (1995:151). Dalam alih kode setiap
bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi
masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan dengan sengaja dengan sebab-sebab
tertentu (fungsional).
2.2.2 Beberapa Faktor Penyebab Alih Kode
Kalau menelusuri penyebab terjadinya alih kode kita harus
kembali ke pokok bahasan sosiolinguistik yang dikemukakan oleh Fishman
(1976) yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan
dengan tujuan apa. Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum penyebab
alih kode itu antara lain: (1) pembicara atau penutur,(2) pendengar atau lawan
tutur,(3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga,(4) perubahan dari
formal ke informal atau sebaliknya,(5) perubahan topic pembicaraan.
Menurut
Crystal (dalam Skiba, 1997:p 3-4), peralihan bahasa satu ke bahasa lain dapat
dikarenakan oleh hal berikut ini:
1.
Penutur tidak dapat mengungkapkan sesuatu dalam bahasanya sehingga beralih ke
bahasa lain.
2.
Penutur ingin mengungkapkan solidaritas dengan kelompok sosial tertentu.
3.
Penutur ingin mengekspresikan sikapnya kepada mitra tutur.
Faktor
yang Memengaruhi Alih Kode Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi para
mahasiswa untuk melakukan alih kode, antara lain:
1.
Partisipan pembicaraan Partisipan pembicaraan atau penutur lain dapat
memengaruhi terjadinya alih kode. Misalnya pada data berikut, di mana penutur
menggunakan bahasa Jawa: Tetapi Wanto :engko ngumpul nang sanggar cok! Rapat
koordinasi paling. karena ada penutur lain yang menggunakan bahasa Indonesia
seperti data berikut:[A29]Farid: hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi,
kemarin kalian pada gak datang dari semester kita yang datang Cuma
aku tok rek, maka ia juga beralih menggunakan bahasaIndonesia. Seperti contoh
berikut: Wanto: siapa aja yang mencalonkan?
2.
Perubahan situasi Alih kode dapat terjadi karena adanya perubahan
situasi, karena hadirnya orang ketiga.
2.2.3
Macam-Macam Alih Kode
Menurut
Soewito ada dua macam alih kode, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern.
Yang dimaksud
alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antarbahasa sendiri, seperti
dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya. Sedangkan alih kode
ekstern adalah alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri(salah satu bahasa
atau ragam yang ada dalam verba repertoire masyarakat tuturnya) dengan bahasa
asing.
Jadi,
bisa disimpulkan dari percakapan di atas terjadinya proses alih kode intern
karena adanya perubahan percakapan dari bahasa Jawa ke bahasaIndonesia.
Wardaugh
(1986:102-103) danHudson(1996:52-53) menjelaskan dua jenis alih kode, metaforis
dan situasional, sedangkan Hymes (dalam Rahardi, 2001:20) menyebutkan alih kode
internal dan eksternal.
1.
Metaforis Alih kode metaforis terjadi jika ada pergantian topik (Wardaugh,
1986:103). Alih kode ini memiliki dimensi afektif, yaitu kode berubah ketika
situasinya berubah, misalnya formal ke informal, resmi ke pribadi, maupun
situasi serius ke situasi yang penuh canda.
2.
Situasional Alih kode ini terjadi berdasarkan situasi di mana para penutur
menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan
bahasa lain dalam situasi yang lain (Wardaugh, 1986:102-103). Tidak ada
perubahan topik dalam alih kode situasional.
Sebagai
tambahan, menurutHudson(1996:52), dalam alih kode situasional pergantian ini
selalu bertepatan dengan perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya
berbicara dengan anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya
berbicara dengan tetangga).
1.
Internal Alih kode internal adalah alih kode yang terjadi yang terjadi
antarbahasa daerah dalam suatu bahasa nasional, antardialek dalam satu bahasa
daerah, atau antara beberapa ragam dangayayang terdapat dalam suatu dialek
(Hymes dalam Rahardi, 2001:20).
2.
Eksternal Alih kode eksternal terjadi ketika penutur beralih dari bahasa
asalnya ke bahasa asing (Hymes dalam Rahardi, 2001:20), misalnya dari bahasa
Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya.
2.2.4
Analisi Data
Dalam
hal ini penulis tertarik untuk meneliti fenomena alih kode yang muncul pada
percakapan di lingkungan kampus. Dalam percakpan tersebut para mahasiswa sering
melakukan alih kode (biasanya dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia). Tujuan
Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1.
Menunjukkan jenis alih kode dan campur kode yang muncul, 2. Menjelaskan faktor
yang memengaruhi munculnya alih kode. Data Data diperoleh melalui metode simak
libat cakap, di mana peneliti juga berpartisipasi secara langsung dalam
pembicaraan.
Setiap
kalimat dalam data diurutkan untuk memudahkan analisis seperti dalam
percakapan dibawah ini yang menunjukkan terjadinya alih kode:
Zack
: iyo…. Rek kok gak bareng kerjo, kepingin
melok
Amrin
: hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi, kemarin
kalian pada gak datang
dari semester kita yang datang Cuma aku tok rek!
Dari
dialog menuju ke dialog menunjukkan terjadinya proses alih kode, karena ditandai
peralihan dari bahasa jawa ke bahasaIndonesia. Ragam yang digunakan adalah
ragam santai atau nonformal. Sedangkan metode analisis data yang digunakan
adalah metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:25), di mana peristiwa alih
kode dan campur kode dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain di
luar bahasa tersebut, seperti faktor sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Alih kode bisa terjadi karena situasi dan kondisi
tertentu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
Menurut
Crystal (dalam Skiba, 1997:p 3-4), peralihan bahasa satu ke bahasa lain dapat
dikarenakan oleh hal berikut ini:
1.
Penutur tidak dapat mengungkapkan sesuatu dalam bahasanya sehingga beralih ke
bahasa lain.
2.
Penutur ingin mengungkapkan solidaritas dengan kelompok sosial tertentu.
3.
Penutur ingin mengekspresikan sikapnya kepada mitra tutur.
(
Crystal, dalam
Skiba, 1997:p 3-4)
Wardaugh
(1986:102) mengatakan bahwa seorang penutur beralih dari variasi X ke variasi Y
karena adanya solidaritas dengan pendengarnya, pemilihan topik, dan jarak
sosial. Adapun Chaer dan Agustina (1995:143) menyimpulkan bahwa penyebab alih
kode antara lain penutur, mitra tutur, perubahan situasi karena adanya orang
ketiga, perubahan dari situasi formal ke informal, dan topik yang dibicarakan
3.2
Saran
mahasiswa
harus sering melakukan penelitian-penelitian, baik melalui tugas atau
penelitian kreatif mahasiswa sendiri dengan menambah wawasan tentang penggunaan
bahasa di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjosoedarmo, S. 1976: ,Analisa Variasi Bahasa dalam
penataran dilektologi, Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995.
Sosiolinguistik Suatu Pengantar.Jakarta: Rineka Cipta. Fasold, Ralph.
DESKRIPSI DATA
Amrin : koe, engko ngumpul nang sanggar rak Zack! Eneng Rapat koordinasi.
Zack : iyo…. Aku mang diwara ren konkon melok
Amrin : seminare apik lo.
Zack
: iyo…. Aku rak iso melu eneng kerjo sitik, tapi kepingin melok pulak.
Risman
: hai temen-temen besok mungkin ada rapat lagi, kemarin kalian pada
gak datang dari semester kita yang datang Cuma aku tok mi!
Azmi
: siapa aja yang sudah mendaftar?
Risman :
kemarin dari semester dua ada Ali sama Kiki
Azmi
: lho..semester dua boleh ikut tak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar