Sistimatika Jurnal
Judul
:
Penerapan Alih Kode di Lingkungan
Kampus
Nama : Raja Fadzillah
Nim :
100388201013
Kelas : C-8
1.1 Abstrak
Tanjungpinang
merupakan tanah Melayu yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Walau
sudah masuk berbagai macam suku di Tanjungpinang ini, namun budaya Melayu dan
Dialek-dialek Melayu masih tetap digunakan dan masih kental kedegarannya.
Begitu juga di Uiversitas Maritim Raja Ali Haji, mayoritas mahasiswanya bersuku
Melayu yang masih kental dengan dialeknya yang berasal dari berbagai macam
Kepulauan Riau disekitar Bintan. Akan tetapi walau Mahasiswa tersebut sama-sama
bersuku Melayu, namun dalam pengucapannya ada yang berbeda, karena bahasa
Melayu terbagi-bagi lagi menjadi beberapa macam, seperti bahasa melayu Tarempak,
bahasa melayu Tambelan, bahasa Melayu Natuna dll. Dari berbagai macam paryasi
bahasa tersebutlah yang menyebabkan interferensi dalam peralihan baik alih kode
maupun campur kode. Karena tidak semua orang Melayu bisa berbahasa melayu dari
berbagai macam tempat tersebut.
1.2 Kata Kunci
Persamaan
suku dan perbedaan dialek.
Penerapan Alih Kode
di Lingkungan Kampus
1.3 Pendahuluan
Indonesia
merupakan salah satu contoh Negara yang memiliki berbagai macam bahasa, karena
Indonesia kaya akan suku bangsa. Selain kaya akan bahasa yaitu bahasa daerah,
Indonesia juga menyerap bahasa asing dalam bahasa Indonesia.
Karena
penguasaan beberapa bahasa tersebutlah Indonesia merupakan salah satu Negara
yang biligualisme. Masyarakat yang menguasai lebih dari satu bahasa (biligualisme),
tentu dalam percakapan sehari-hari sering terdapat alih kode dan campur kode.
Yang terkadang peralihan tersebut bisa bersifat mengangu. Apalagi peralihan
yang tidak sesuai pada tempatnya.
Salah satu
contoh suku melayu yang memiliki berbagai macam bahasa melayu, walau sama-sama
bersuku melayu namun keseluruhan dari bahasa tersebut tidak semua orang melayu
bisa menguasainya. Sehingga dari hal tersebutlah dalam berbicara walau sesama
orang melayu sering terjadi alih kode, dari tutur / dialek bahasa melayu lain
ke dialek bahasa melayu yang dipahami bersama.
1.4 Pembahasan
A. Alih
Kode dari bahasa melayu Natuna ke bahasa
Indonesia
Alih kode (code switching) adalah
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya dua orang penutur menggunakan bahasa Melayu Natuna
beralih menggunakan bahasa Indonesia dikarenakan ada penutur ketiga yang tidak
bisa berbahasa Natuna. Namun dalam alih kode juga sering tergangu dengan
bahasa-bahasa melayu yang jarang didengar atau bahasa melayu yang hanya daerah
tertentu yang mengunakan bahasa tersebut. Sehingga menyebabkan terjadi
peralihan kode.
Alih kode menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
§ Gumperz (1982:59) : peralihan satu
ujaran ke ujaran lain di dalam dua system atau sistematis gramatika yang
berbeda.
§ Hudson (1980:56) : penutur
mengunakan variasi bahasa yang berbeda pada waktu yang berbeda.
§ Ward Haugt (1986) : alih kode dapat
terjadi apabila penutur beralih kode dari satu varian ke varian lain atau dari
satu bahasa satu ke bahasa lain.
Alih kode tidak bersifat manasuka
tetapi memiliki aturan. Alihkode dikatagorikan sebagai peristiwa bahasa yang
positif, karena peralihan tersebut disadari oleh pemakainya.
Sebab-sebab terjadinya alih kode
tersebut adalah:
-
Penutur
-
Lawan
tutur
-
Hadirnya
penutur ke tiga
-
Perubahan
situasi
-
Topic
pembicaraan
B. DESKRIPSI ALIH KODE
Contoh peralihan kode dari bahasa
melayu Natuna ke bahasa Indonesia/ bahasa Melayu pada umumnya.
J :
mende keje dok?
M :
sek keje, bersekan musola je.
J :
Oh, de acare mbe.
M :
dak de, kesoi je tegok musola beserak.
J :
oh.
S :
hei, lagi buat bersih-bersih ya?
Saya bantu ya?
J :
ya, bantulah biar cepat siapnya.
M : Iya makin ramai
makin baik.
Keterangan
- Modus pembicaraan: tatap muka
secara lisan.
- Topik dan subtopik Pembicaraan
Topik Pembicaraan: membuka percakapan
Subtopik: membersihkan musola - Fungsi dan Tujuan Berbahasa
Fungsi kalimat (1): membuka percakapan
Fungsi kalimat (2): menjelaskan keadaan
Fungsi kalimat (3): menayakan sebab
Fungsi kalimat (4): menjawab sebab
Fungsi kalimat (5): menanggapi
Fungsi kalimat (6): hadir penutur bahasa lain dan member tawaran
Fungsi kalimat (7) dan (8): member tangapan
- Bahasa, Ragam, dan Tingkat
Tutur
Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Melayu Natuna (kalimat 1-5). Bahasa yang kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia dengan tingkat tutur biasa (kalimat 6-8). Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam santai/non-formal dan sopan.
Dari
analisis data dapat dikemukakan bahwa
pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (5) dan (6). Alih kode
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
- Jenis alih kode adalah alih
kode bahasa
- Tataran alih kode adalah
tataran kalimat
- Sifat alih kode sementara
tergantung situasi
- Faktor penyebab alih kode ialah
Responden (S) hadir ditengah-tengah pembicaraan.
1.5
Kesimpulan
Negara Indonesia adalah Negara yang
biligualisme. Maksudnya yaitu Negara yang mengunakan bahasa lebih dari satu.
Terlebih lagi Indonesia merupakan Negara yang kaya akan suku bangsa yang
memiliki bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan bahasa yang sering digunakan dan
dipariasikan tersebutlah yang dinamakan alih kode.
Salah satu contoh bahasa melayu yang
memiliki beberapa dialek pengucapan yang berbeda-beda.
Alih kode yang digunakan disesuaikan
dengan dengan situasi pada siapa kita sedang berbicara dan topic pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Nababan, Pwj. 1992. Sosiolinguistik suatu pengantar .
Bandung: Angkasa
Rihan, Eka. 2012. Sosiolinguistik. Tanjungpinang: UMRAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar