Senin, 18 Juni 2012

Raja Fadzillah C8


Sistimatika Jurnal

Judul :
Penerapan Alih Kode di Lingkungan Kampus

Nama              : Raja Fadzillah
Nim                 : 100388201013
Kelas               : C-8

1.1  Abstrak

Tanjungpinang merupakan tanah Melayu yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Walau sudah masuk berbagai macam suku di Tanjungpinang ini, namun budaya Melayu dan Dialek-dialek Melayu masih tetap digunakan dan masih kental kedegarannya. Begitu juga di Uiversitas Maritim Raja Ali Haji, mayoritas mahasiswanya bersuku Melayu yang masih kental dengan dialeknya yang berasal dari berbagai macam Kepulauan Riau disekitar Bintan. Akan tetapi walau Mahasiswa tersebut sama-sama bersuku Melayu, namun dalam pengucapannya ada yang berbeda, karena bahasa Melayu terbagi-bagi lagi menjadi beberapa macam, seperti bahasa melayu Tarempak, bahasa melayu Tambelan, bahasa Melayu Natuna dll. Dari berbagai macam paryasi bahasa tersebutlah yang menyebabkan interferensi dalam peralihan baik alih kode maupun campur kode. Karena tidak semua orang Melayu bisa berbahasa melayu dari berbagai macam tempat tersebut.

1.2  Kata Kunci
Persamaan suku dan perbedaan dialek.

Penerapan Alih Kode
di Lingkungan Kampus

1.3  Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu contoh Negara yang memiliki berbagai macam bahasa, karena Indonesia kaya akan suku bangsa. Selain kaya akan bahasa yaitu bahasa daerah, Indonesia juga menyerap bahasa asing dalam bahasa Indonesia.

Karena penguasaan beberapa bahasa tersebutlah Indonesia merupakan salah satu Negara yang biligualisme. Masyarakat yang menguasai lebih dari satu bahasa (biligualisme), tentu dalam percakapan sehari-hari sering terdapat alih kode dan campur kode. Yang terkadang peralihan tersebut bisa bersifat mengangu. Apalagi peralihan yang tidak sesuai pada tempatnya.

Salah satu contoh suku melayu yang memiliki berbagai macam bahasa melayu, walau sama-sama bersuku melayu namun keseluruhan dari bahasa tersebut tidak semua orang melayu bisa menguasainya. Sehingga dari hal tersebutlah dalam berbicara walau sesama orang melayu sering terjadi alih kode, dari tutur / dialek bahasa melayu lain ke dialek bahasa melayu yang dipahami bersama.

1.4  Pembahasan

A.    Alih Kode dari bahasa melayu  Natuna ke bahasa Indonesia

Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya dua orang  penutur menggunakan bahasa Melayu Natuna beralih menggunakan bahasa Indonesia dikarenakan ada penutur ketiga yang tidak bisa berbahasa Natuna. Namun dalam alih kode juga sering tergangu dengan bahasa-bahasa melayu yang jarang didengar atau bahasa melayu yang hanya daerah tertentu yang mengunakan bahasa tersebut. Sehingga menyebabkan terjadi peralihan kode.
Alih kode menurut para ahli adalah sebagai berikut:
§  Gumperz (1982:59) : peralihan satu ujaran ke ujaran lain di dalam dua system atau sistematis gramatika yang berbeda.
§  Hudson (1980:56) : penutur mengunakan variasi bahasa yang berbeda pada waktu yang berbeda.
§  Ward Haugt (1986) : alih kode dapat terjadi apabila penutur beralih kode dari satu varian ke varian lain atau dari satu bahasa satu ke bahasa lain.

Alih kode tidak bersifat manasuka tetapi memiliki aturan. Alihkode dikatagorikan sebagai peristiwa bahasa yang positif, karena peralihan tersebut disadari oleh pemakainya.

Sebab-sebab terjadinya alih kode tersebut adalah:
-          Penutur
-          Lawan tutur
-          Hadirnya penutur ke tiga
-          Perubahan situasi
-          Topic pembicaraan

B.     DESKRIPSI ALIH KODE
Contoh peralihan kode dari bahasa melayu Natuna ke bahasa Indonesia/ bahasa Melayu pada umumnya.

J     : mende keje dok?
M   : sek keje, bersekan musola je.
J     : Oh, de acare mbe.
M   : dak de, kesoi je tegok musola beserak.
J     : oh.
S    : hei, lagi buat bersih-bersih ya?
       Saya bantu ya?
J     : ya, bantulah biar cepat siapnya.
M   : Iya makin ramai makin baik.
Keterangan
  1. Modus pembicaraan: tatap muka secara lisan.
  2. Topik dan subtopik Pembicaraan
    Topik Pembicaraan: membuka percakapan
    Subtopik: membersihkan musola
  3. Fungsi dan Tujuan Berbahasa
    Fungsi kalimat (1): membuka percakapan
    Fungsi kalimat (2): menjelaskan keadaan
    Fungsi kalimat (3): menayakan sebab
    Fungsi kalimat (4): menjawab sebab
    Fungsi kalimat (5): menanggapi
    Fungsi kalimat (6): hadir penutur bahasa lain dan member tawaran
    Fungsi kalimat (7) dan (8): member tangapan

  1. Bahasa, Ragam, dan Tingkat Tutur
    Bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Melayu Natuna (kalimat 1-5). Bahasa yang kemudian digunakan adalah bahasa Indonesia dengan tingkat tutur biasa (kalimat 6-8). Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam santai/non-formal dan sopan.
Dari analisis data  dapat dikemukakan bahwa pada dialog ini terjadi alih kode, yaitu pada kalimat (5) dan (6). Alih kode dapat dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
  1. Jenis alih kode adalah alih kode bahasa
  2. Tataran alih kode adalah tataran kalimat
  3. Sifat alih kode sementara tergantung situasi
  4. Faktor penyebab alih kode ialah Responden (S) hadir ditengah-tengah pembicaraan.
1.5  Kesimpulan

Negara Indonesia adalah Negara yang biligualisme. Maksudnya yaitu Negara yang mengunakan bahasa lebih dari satu. Terlebih lagi Indonesia merupakan Negara yang kaya akan suku bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan bahasa yang sering digunakan dan dipariasikan tersebutlah yang dinamakan alih kode.
Salah satu contoh bahasa melayu yang memiliki beberapa dialek pengucapan yang berbeda-beda.
Alih kode yang digunakan disesuaikan dengan dengan situasi pada siapa kita sedang berbicara dan topic pembicaraan.


DAFTAR PUSTAKA

Nababan, Pwj. 1992. Sosiolinguistik suatu pengantar . Bandung: Angkasa

Rihan, Eka. 2012. Sosiolinguistik. Tanjungpinang: UMRAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar