TUGAS INDIVIDU
Sosiolinguistik
“ Alih Kode “
Disusun Oleh :
Nama : DWI OCTAVIANI
Kelas : C 8
Nim : 100388201034
Nama : DWI OCTAVIANI
Kelas : C 8
Nim : 100388201034
DOSEN PEMBIMBING : Eka Rihan. K, S.Pd, M.Pd
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas study
kasus yang berjudul Alih Kode
Bahasa melayu, Bahasa Jawa dan Bahasa
Indonesia dalam Berkomunikasi pada
proses antara penjual danpembeli ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.Terutama
kepada Ibu Nur yang telah membantu dalam mengangkat study kasus ini dan pembuatan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk alih kode bahasa Melayu dan
bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia serta faktor-faktor penyebab terjadinya alih
kode tersebut. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca. Sekian yang dapat saya
sampaikan saya ucapkan terima kasih.
Tanjungpinang, 15 Juni 2012
Penulis
BAB I
Abstrak dan Kata Kunci
1.
Latar Belakang
Peristiwa komunikasi merupakan
peristiwa yang dialami oleh setiap orang dengan berbagai bahasa. Peristiwa
komunikasi merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi merupakan
peristiwa penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan
(penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada komunikan, seorang
komunikator harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh komunikan. Ketika
seorang komunikator menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka
pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak akan sampai pada komunikan. Dalam
hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting.
Namun, tidak semua penutur dan lawan
tutur memiliki penguasaan bahasa yang sama. Sering sekali terjadi
penutur harus berganti bahasa ketika akan berbicara dengan lawan
tuturnya yang tidak menguasai bahasa penutur. Peralihan bahasa inilah
yang disebut dengan alih kode. Peristiwa alih kode sering kali terjadi pada
komunikasi dalam masyarakat Indonesia. Peristiwa alih kode tersebut bisa
terjadi di pasar, di sekolah, di kampus, di kantor. Maupun dilingkungan
masyarakat. Hal ini dikarenakan kemajemukan bahasa yang ada di Indonesia. Bahkan
masih banyak lagi penyebab terjadinya alih kode.
Didalam penelitian di kehidupan
sehari – hari ( keluarga ), banyak sekali percakapan yang melakukan peristiwa
alih kode dalam dialog percakapannya. Hal ini terjadi karena banyak orang yang
berasal dari luar daerah Tanjungpinang yang berbelanja di warung. Oleh karena
itu, dalam makalah yang berjudul Alih Kode
Bahasa Melayu dan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia
ini akan dibahas peristiwa alih kode pada salah satu pembeli yang bernama Ibu
Didit yang berasal dari Malaysia.
1.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang saya teliti ini
memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut, yaitu :
a)
Bagaimana bentuk alih kode
bahasa Melayu dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia pada Ibu Didit yang berasal dari Malaysia.
b)
Apa faktor - faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Melayu dan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada Ibu Didit yang berasal dari Malaysia.
1.
3. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a)
Untuk mengetahui bentuk alih kode bahasa Melayu dan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada Ibu Didit yang berasal dari Malaysia.
b)
Untuk faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode bahasa Melayu dan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia pada Ibu Didit yang berasal dari Malaysia.
BAB II
ISI
2. Pengertian Alih Kode
Appel (dalam Chaer, 2004:107)
mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubahnya situasi. Berbeda dengan Appel yang mengatakan bahwa alih kode
terjadi antar bahasa, Hymes (dalam Chaer, 2004: 107) mengatakan bahwa alih kode
bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam – ragam
atau gaya - gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Dari dua pengertian alih kode di
depan dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian
bahasa dan peralihan ragam - ragam atau gaya - gaya yang terdapat dalam satu
bahasa karena berubahnya situasi.
3.
Penyebab Terjadinya
Alih Kode
Penyebab terjadinya alih kode
menurut Abdul Chaer (2004: 108) adalah sebagai berikut:
1. Pembicara atau penutur.
2. Pendengar atau lawan tutur.
3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga.
4. Perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya.
5. Perubahan topik pembicaraan.
Seorang pembicara atau penutur
seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat”
dari tindakannya itu. Hal ini bisa terjadi pada saat penutur dan lawan tutur
memiliki bahasa ibu yang sama.
Pembicaraan tersebut akan beralih
kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah. Dengan berbahasa daerah rasa
keakraban pun lebih mudah dijalin dari pada menggunakan bahasa Indonesia.
Lawan bicara atau lawan tutur dapat
menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi
kemampuan berbahasa si lawan tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa
si lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan bahasa
pertamanya.
Kehadiran orang ketiga atau orang
lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang
digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atu varian yang
harus digunakan.
Perubahan situasi bicara juga dapat
menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya, perubahan dari situasi formal ke
informal (santai) atau sebaliknya. Hal ini akan mengakibatkan berubahnya ragam
atau gaya bahasa yang digunakan. Begitu juga dengan perubahan topik pembicaraan
yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
4.
Bentuk Alih Kode Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu dalam
Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada dialog pembicaraan antara penjual
dan pembeli.
Dalam berjualan wajar sekali adanya
multilingualisme. Multilingual itu terjadi karena adanya penggunaan tiga
bahasa, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya alih kode. Alih kode dalam dialog pembicaraan antar
penjual dan pembeli ini terjadi antara bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dan
bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia.
Dalam dialog - dialog tersebut
terjadi peralihan penggunaan bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia
atau sebaliknya. Sementara terdapat tiga dialog yang menunjukkan adanya alih
kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya.
Satu contoh dialog yang menunjukkan
adanya alih kode dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
:
Ibu Nur : “Mau beli soto buk.”
Ibu Didit : “Iye, satu mangkok nye berape ? “ (Satu
mangkoknya berapa ?.)
Ibu Nur : “Murah kok Cuma 8000 aja “
Ibu
Didit : “ Bolehla nak pesan 1 saje “ (
pesan 1 saja )
Pada contoh di atas Ibu Nur
melakukan alih kode dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia. Hal ini disesabkan
terjadinya komunikasi.
Sementara contoh dialog yang menunjukkan
adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa adalah sebagai berikut.
Ibu
Fatimah : “Jual apa aja buk?”
Ibu
Ria : “ jual Nasi Rames”
Ibu
Fatimah : “ tak ada soto ya buk ?”
Ibu
Nur : “ada juga kok buk.”
Ibu
Fatimah : “Pesan dua ya buk?”
Ibu
Ria : “Bude bungkuske soto kaleh yo
De “ (Bude bungkuskan soto dua ya Bude!)
Pada contoh di depan Ibu Nur
melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal itu dikarenakan Ibu
Nur ingin mengakrabkan diri dengan Ibu Fatimah karena dia ingin memperkenalkan
bahasa Jawa kepada pembelinya.
5.
Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode Bahasa Melayu dan
Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada proses antar
penjual dan pembeli.
Terjadinya suatu peristiwa alih kode
terkadang tidak disadari oleh para pelakunya. Tetapi semua peristiwa alih kode
tersebut mempunyai sebab – sebab tersendiri. Begitu pula peristiwa alih kode
dalam proses komunikasi antara penjual dan pembeli. Faktor penyebab terjadinya
alih kode bahasa Jawa dan Bahasa Melayu dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut :
A.
Pembicara atau penutur ingin lebih akrab dengan lawan tutur
Terdapat dua dialog yang menunjukkan
alih kode tersebut dilakukan dari faktor pembicara atau penutur. Pembicara atau
penutur melakukan alih kode dengan maksud tertentu.
Contoh dialog yang menunjukkan alih
kode dilakukan karena faktor penutur.
Ibu
Didit : “ Mau pesan soto 1 ya buk “
Ibu
Nur : “ enggeh buk, setunggal ae ?” ( iya buk, satu aja ? )
Pada dialog di atas melakukan alih
kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan karena Ibu Nur
ingin memperkenalkan bahasa jawa kepada masyarakat Tanjungpinang. Dia
mengucapkan kalimat enggeh buk, setunggal ae ? yang merupakan bahasa Indonesia
yang berarti iya buk, satu aja ?. Ibu Nur ingin mendekatkan dirinya
dengan Ibu didit. Oleh karena itu, dia lebih memilih menggunakan bahasa Jawa
dari pada bahasa Indonesia agar terjalin keakraban.
Contoh dialog kedua yang menunjukkan
adanya alih kode dengan sebab penutur adalah sebagai berikut.
Ibu Didit : “Jual apa aja buk?”
Ibu Nur : “Soto, Bakso, Nasi Rames.”
Ibu Didit : “ Boleh buk satu aja “
Ibu Nur : “ apa lagi
buk ?”
Ibu Didit : “tidak la buk satu aja”
Ibu Nur : “enggeh buk, monggo lenggah disik buk!”
Dialog di atas menunjukkan bahwa Ibu
Nur melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, yaitu dengan
mengucapkan enggeh buk, monggo lenggah disik buk! yang artinya iya
buk, silahkan duduk dulu buk . Hal itu dikarenakan Ibu Nur ingin mengakrabkan
diri dengan Ibu Didit.
B.
Pembicara atau penutur ingin melakukan proses
Selain pembicara atau penutur ingin
mengakrabkan diri dengan lawan tutur, alih kode juga dilakukan penutur untuk melakukan
proses.
Ibu Nur : “bude buatknan soto satu”
Ibu Ria : “ iya Buk.”
Ibu Didit: “ berapa buk harganya ?”
Ibu Nur : “ Wolongewu ae buk ”
Kyai melakukan alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa jawa dengan mengucapkan “ Wolongewu ae buk ” yang
artinya “8000 aja buk”. Ibu Nur mengucapkan Wolongewu untuk menjawab
harga yang ditanyakan oleh Ibu Didit. Ibu Nur mengucapkan bahasa jawa karena
Ibu Didit juga mengerti sedikit bahasa jawa.
BAB III
Simpulan dan Saran
6.
Simpulan
Pada percakapan antara penjual dan pembeli ini ditemukan
dialog - dialog yang menunjukkan adanya alih kode. Alih kode tersebut terjadi
antara bahasa jawa dengan bahasa Indonesia dan bahasa melayu dengan bahasa
Indonesia.
Faktor - faktor penyebab terjadinya alih kode dalam percakapan
antara penjual dan pembeli adalah pembicara / penutur ingin lebih akrab dengan
lawan tutur.
7.
Saran
Alih kode dan seharusnya digunakan pada kondisi dan situasi
yang tepat. Seharusnya hanya digunakan pada situasi informal saja sementara
pada situasi formal seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul dan Agustina, Leoni.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar